SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2009

Categories

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2009

“Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman”.

(dibacakan kepada umat Keuskupan Bandung pada hari perayaan Ekaristi Sabtu-Minggu, 21 dan 22 Februari 2009)

 

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan,

Belum lama rasanya kita rayakan Natal, 25 Desember 2008. Di halaman gereja Santo Petrus Katedral Bandung pada hari Natal itu diselenggarakan acara “Silaturahmi Umat Beriman Lintas Agama” yang dihadiri oleh saudari-saudara kita mewakili umat beragama Islam, Hindu, Buddha, Penghayat Kepercayaan, umat Kristen Protestan, dan tentu saja umat Katolik sendiri. Deklarasi bersama diucapkan untuk menegaskan kesepakatan kita menjaga dan melestarikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerukunan warga masyarakat yang majemuk dalam beragama dapatlah digambarkan sebagai pelangi dengan warna-warni indah yang terpadu. Pelangi itu hadir di dalam kehidupan bersama masyarakat kita. Peristiwa tersebut telah mengantar kita memasuki tahun baru 2009 dengan harapan, agar kita mampu mengisi tahun baru dengan semangat persaudaraan. Dengan semangat itu pulalah kita memasuki masa Prapaska 2009 ini.

Prapaska kita lakukan agar kita umat Kristiani dapat mempersiapkan diri untuk merayakan Hari Raya Paska Kebangkitan Tuhan dengan pemahaman yang benar dan penghayatan iman yang mendalam, sehingga melalui doa dan tapa yang benar sikap tobat terbangun, melalui laku puasa dan pantang pengosongan diri untuk Tuhan terjadi, dan dengan demikian kita menjadi pantas mengalami hidup baru dalam Kristus yang bangkit. Seirama dengan gerak Gereja Katolik Indonesia, selama masa Prapaska tahun ini kita juga akan memusatkan perhatian kita pada “Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman”, agar semangat persaudaraan yang telah tumbuh itu semakin berkembang dan berbuah melimpah demi kesejahteraan bersama, sehingga pelangi hidup bersama semakin terwujud dalam segala lapisan masyarakat kita pada tingkat akar rumput sekali pun.

Pemberdayaan hubungan antar umat beriman agar umat semakin terbuka mengadakan dialog - pembicaraan mendalam - mengenai masalah-masalah bersama,  agar semakin sedia  duduk bersama mengupayakan kesejahteraan bersama, semakin mendesak dewasa ini karena dewasa ini pun ada banyak godaan untuk melukai kemanusiaan dengan alasan keagamaan. Hidup bersama tentu tidak lepaslah dari masalah. Konflik antar bangsa di Jalur Gaza Tanah Palestina yang tak kunjung usai dan telah mengorbankan banyak jiwa karena kekejaman perang, pertikaian antar kelompok umat berbeda agama di mana pun berada, tidak bolehlah dipandang sebagai konflik yang terjadi karena alasan agama. Memang kerap terjadi agama diperalat untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Namun, menyelesaikan masalah dengan kekerasan tentu tidak dapat dibenarkan karena menodai akal sehat: menghina Tuhan sendiri dan melumpuhkan kemanusiaan. Kekuatan dosa memang dapat melumpuhkan orang. Orang lumpuh tak berdaya, karena itu perlu bantuan dari yang lain agar mendapat kekuatan baru untuk bangun dan berjalan.

Dalam terang firman yang dibacakan pada liturgi sabda Minggu, 22 Februari 2009, Hari Minggu Biasa VII Menjelang Hari Rabu Abu, kita dengarkan kata-kata Tuhan Yesus kepada orang lumpuh yang dibawa teman-temannya kepada-Nya, "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Dan kemudian Yesus berkata, "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (Mark 2:11). Bisa jadi kata-kata itu ditujukan kepada kita, yang lumpuh menghadapi kekuatan dosa, dan tak berdaya menghadapi ancaman zaman sekarang ini. Bila demikian, baiklah kita  bersedia ditolong oleh teman-teman kita untuk dikuatkan oleh firman Tuhan sendiri. Namun, bila kita menemukan orang-orang lumpuh di sekitar kita, baiklah kita juga peduli dan berkehendak baik untuk menolong dengan cara-cara kreatif agar mereka pun mendapat kekuatan baru. Kekuatan baru itu bersumber pada Tuhan, Allah semua orang. Dan Allah itu berfirman, ”Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” (Lh. Yes 3:25). Oleh Tuhan dosa-dosa kita tidak diingatnya, dan dalam kebersamaan cara-cara kreatif dapat ditemukan melalui  dialog dengan siapa pun yang berkehendak baik.

Dialog merupakan cara dewasa untuk menyelesaikan masalah hidup bersama. Untuk itu kita perlu belajar berkomunikasi, agar lebih pandai menemukan apa yang mempersatukan daripada apa yang memisahkan. Tidaklah perlu kita ragu-ragu bersikap demikian karena Gereja Katolik sendiri menyatakan ajarannya, “Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang, toh, memantulkan sinar kebenaran yang menerangi kebenaran semua orang.” (Lh. Deklarasi tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama Lain dalam Nostra Aetate, art. 2) Dengan dialog diletakkan harapan bahwa konflik, pertikaian, perseteruan, bahkan perang akan menemukan solusi dalam rekonsiliasi.

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan,

Masa Prapaska 2009 ini hendaknya menjadi kesempatan melakukan gerakan bersama “Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman” sebagai ungkapan tobat kita, agar kita mengalami kekuatan pengampunan Tuhan karena kita telah memperalat agama untuk pentingan sendiri, dan menjadikan agama alat pembenaran bagi dosa-dosa kita. Untuk menggulirkan gerakan bersama tersebut Tim Perumus Panduan APP 2009 menerbitkan panduan untuk anak-anak, remaja, orang muda, dan seluruh umat,  agar semua dapat terlibat dalam gerakan bersama tersebut. Untuk itu perlu juga pemandu-pemandu yang giat dan kreatif bagi setiap lapisan warga umat, agar seluruh umat bergerak bersama mewujudkan persaudaraan dengan siapa pun. Keterlibatan kita menjadi semakin kokoh dan perkasa, karena dipersatukan dalam keterlibatan Kristus, ”sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. (2 Kor 1:20)

Demikianlah Surat Gembala Prapaska 2009 ditulis, agar dapat disampaikan kepada seluruh umat Katolik di wilayah Keuskupan Bandung menjelang masa Prapaska 2009. Semoga masa Prapaska ini menjadi kesempatan ”retret agung” bagi seluruh umat agar  semakin mampu bersyukur atas kerahiman Allah yang tampak dalam sengsara dan kematian Tuhan kita  Yesus Kristus demi keselamatan seluruh dunia.

Salam, doa untuk Anda semua: anak-anak, remaja dan orang muda dan dewasa, agar berkat Tuhan menjadi daya kekuatan bagi Anda untuk semakin mencintai Kristus dan Gereja-Nya.


Bandung, 28 Januari 2009

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung