SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

HIDUP BERMARTABAT DAN BERSAHABAT

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020

Dibacakan pada Misa Minggu Biasa VII, 22/23 Februari 2020

 

Saudara-Saudari yang terkasih, Melalui Anjuran Apostolik, Gaudete et Exultate (GE), Bersukacita dan Bergembiralah, Sri Paus Fransiskus mengingatkan kita akan martabat manusia sebagai anak Allah yang kudus. “Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dengan menghayati hidup kita dengan kasih dan masing-masing memberikan kesaksiannya sendiri dalam kegiatan setiap hari, di manapun kita berada.” (GE 14) Allah berfirman: “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku adalah kudus” (Im 11:14). Allah menghendaki manusia yang adalah gambaran-Nya untuk hidup kudus sesuai dengan martabatnya. Hal ini sejalan dengan tema Aksi Puasa Pembangunan 2020 “Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat”. Kita hendak memperbaharui martabat manusia sebagai ciptaan yang kudus melalui kegiatan ekonomi yang baik dan benar agar usaha dan kerja kita meningkatkan kesejahteraan bersama dan menjadi berkat bagi sesama. Dalam kesadaran dan kerinduan untuk hidup kudus melalui gerakan membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat, kita memasuki masa Prapaskah yang dimulai pada Rabu Abu, 26 Februari 2020.

Dalam Injil hari ini (Mat 5: 38-48), Yesus mengajak kita untuk mengembangkan tiga keutamaan sebagai jalan pertobatan agar para murid-Nya semakin bermartabat Kristiani. Pertama, Yesus mengajak kita untuk bermatiraga dengan melawan kecenderungan manusiawi untuk mencari yang gampang dan menyenangkan tanpa mempertimbangkan apakah tindakannya merugikan sesama atau merusak lingkungan alam; dengan menyangkal keinginan nafsu yang bisa berakibat merusak keutuhan ciptaan dan mengganggu kedamaian bersama; serta dengan mengalahkan kehendak egois yang merongrong keselamatan bersama dan mencemarkan kemuliaan Tuhan. Matiraga dijalankan, seperti Sabda Yesus, dengan cara “Jangan kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” (Mat 5: 39) Matiraga menjadi jalan pertobatan pribadi sekaligus pintu pengampunan bagi sesama yang berbuat jahat. Kedua, Yesus mengundang kita untuk makin banyak berdoa dan melakukan yang baik dan benar bagi mereka yang berbuat jahat. Kalau makin dekat dengan Allah, orang makin bersahabat dengan sesama. Jika makin banyak berdoa, orang makin giat berbuat baik dan makin bebas berbelaskasih. Doa dan tindakan kita hendaknya meniru kebaikan Allah “yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5: 45) Doa dan perbuatan baik kita tidak ditentukan oleh sikap orang lain, melainkan lahir dari hati yang tertuju pada Allah yang murah hati dan penuh belaskasih. Itulah jalan menuju kekudusan pribadi sekaligus pintu belaskasih bagi sesama yang bersalah dan berdosa. Ketiga, Yesus meminta kita untuk rela berkorban tanpa pamrih dengan tidak mengharapkan balasan, tetapi hidup tulus dan lurus sesuai dengan dorongan Roh Kudus. Itulah kehidupan yang dilandasi oleh semangat heroik bagai seorang martir yang siap memberikan hidupnya demi iman atau seperti seorang pahlawan yang rela kehilangan nyawa demi sesamanya. Itulah tindakan dan cinta Allah yang begitu besar pada manusia dengan mengutus Putera Tunggal Nya ke dunia agar setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan (bdk Yoh 3: 16). Itulah pemberian diri Allah yang sempurna bagi manusia. Kita diminta untuk meniru kesempurnaan Allah. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5: 48) Itulah cara untuk meningkatkan martabat sebagai anak Allah yang sekaligus menjadi jalan untuk memulihkan martabat manusia dan keutuhan ciptaan. Saudara-Saudari yang terkasih, Salah satu aspek martabat manusia adalah bekerja. Manusia diciptakan dengan akal budi untuk mengelola dunia sesuai dengan maksud Pencipta. Manusia menjadi rekan kerja Allah dalam menyempurnakan dunia. Melalui jerih-payah pekerjaannya, manusia memenuhi kebutuhannya agar dapat hidup sejahtera. Pekerjaan sesungguhnya bermakna sosial dan komunal. Pekerjaan bukan hanya dilakukan demi keselamatan pribadi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Hendaklah pekerjaan kita berpengaruh secara positif bagi kesejahteraan umum. Prilaku ekonomi kita diharapkan menjadi berkat bagi sesama. Itulah kehidupan ekonomi yang bermartabat. Agar tindakan ekonomi kita bermartabat, kita diajak bermatiraga terhadap kecenderungan serakah yang mau mendulang sebanyak mungkin keuntungan tanpa peduli pada kehidupan ekonomi sesama. Peranan doa menjadi mutlak dalam pekerjaan agar apa yang kita lakukan sesuai dengan nilai-nilai Kristiani; agar pekerjaan kita menjadi perwujudan iman kepada Allah. Apa yang akan kita lakukan pada siang hari, kita mohonkan berkat pada Allah di pagi hari. Apa yang telah kita laksanakan pada siang hari, kita persembahkan kepada Allah di malam hari. Sikap tulus yang tampil dalam kejujuran menjadi nilai utama dalam melakukan tindakan ekonomi apapun.

Adalah hak seorang pekerja untuk mendapat upah dan untung, tetapi sejauh manakah upah dan untung itu diperoleh dengan baik dan benar. Rejeki yang kita dapatkan kerena keuletan dalam pekerjaan dan kejujuran dalam bersikap hendaklah juga kita bagikan dengan bijaksana sehingga menjadi berkat bagi sesama. Saudara-Saudari yang terkasih, Dengan bermatiraga, berdoa dan bekerja, serta berkorban, kita bertekad membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat. Pada masa Prapaskah ini, kita disadarkan akan kemurahan Allah yang harus menjadi tolok ukur tindakan ekonomi kita. Semoga dengan berdoa, kita makin gigih bekerja mewujudkan kehendak Allah. Dengan pantang dan puasa, kita makin teguh dalam bermatiraga dan berkorban demi kebaikan bersama. Dengan amal dan kasih, kita makin mampu berbagi apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Marilah kita hidup kudus dan bermartabat di hadapan Tuhan serta hidup damai dan bersahabat dengan sesama.


Bandung, 11 Februari 2020,
Peringatan Santa Perawan Maria di Lourdes
Ut diligatis invicem 

 

+Antonius Subianto Bunjamin OSC
 Uskup Bandung