10 Tahun Gong Perdamaian Ciamis

Setiap tanggal 9 September, di Situs Ciung Wanara, Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, digelar peringatan hari ulang tahun (HUT) Gong Perdamaian Dunia. Wisatawan di Situs Budaya Ciung Wanara dan masyarakat beramai-ramai mengikuti prosesi perayaan HUT ke-10 Gong Perdamaian Dunia di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (9/9/2019).

Gong Perdamaian Dunia berdiameter sekitar 3,33 meter yang dihiasi sekitar 200 bendera di Dunia merupakan simbol perdamaian. Di Indonesia hanya ada beberapa Kota / Kabupaten yang memilili gong tersebut, seperti Ambon, Yogyakarta, Blitar dan Bali. Gong Perdamaian Dunia di Ciamis ini merupakan yang terbesar.

Ciamis merupakan satu-satunya Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki Gong Perdamaian Dunia, berdiri sejak 9 September 2009. Penempatan tersebut digagas oleh mantan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Anton Charlian yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Kapolwil Priangan.

Gong Perdamaian Dunia ini ditempatkan di Ciamis ada alasannya, karena Tatar Galuh ini sebagai cikal bakal perdamaian di dunia. Ini tidak terlepas dari sejarah Galuh, karena situs ini merupakan petilasan Kerajaan Galuh (600M-1300M). Ini adalah ikon untuk memelihara perdamaian, kearifan lokal dan nilai-nilai leluhur.

Perayaan dimulai dengan kirab kebangsaan dari pintu masuk menuju lokasi gong. Puncaknya gong dibunyikan dengan cara dipukul oleh beberapa tokoh dan budayawan. Gong ini hanya dibunyikan setahun sekali saat perayaan saja. Setelah itu dilanjutkan dengan deklarasi damai dan pembacaan Sawala Galuh 737 antara Manarah (Galuh) dengan Raden Sanjaya (Kalingga).

"Damai ini berasal dari tatar Sunda, tepatnya di Galuh. Gong perdamaian dunia di sini karena ini tanah sunda. Dari sini bisa menjiwai generasi penerus untuk tetap menjaga perdamaian. Karena dengan damai akan jadi kuat," ujar Anton Charlian, Penggagas Gong Perdamaian Dunia di Ciamis.

Pastor Mikael Adi Siswanto, Pastor Paroki Santo Yohanes – Ciamis, mewakili gereja Katolik menyerukan 10 perjanjian damai bersama tokoh-tokoh agama dan adat, setelah melakukan pemukulan gong. Dalam spanduk perayaan Pastor Mikael menuliskan “Sehati Sejiwa, Berbagi Sukacita, Indonesia Jaya!!!”. “Ini adalah semangat Gereja Katolik di tatar Sunda, yaitu turut membuat Indonesia damai dan jaya”, ungkap Pastor Mikael.                (***ig.yunanto)