Di Taman Getsemani, setelah berdoa dalam menghadapi sakratul maut dan saat menemui para muridNya sedang tertidur, Yesus menegur mereka dan mengajak mereka untuk berjaga bersama. “Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’” (Mat 26: 40-41) Yesus meminta kita untuk berjaga-jaga bersamaNya setidaknya satu jam saja agar kita tidak jatuh pada pencobaan. Kita diajak berjaga bersama Yesus karena begitu banyak godaan yang mungkin menjatuhkan kita, begitu banyak ganguan yang mengacaukan kita, dan begitu banyak rintangan menghalangi kita. Yesus yang setia berdoa pada Bapa setia dan taat pada Alalh. Di taman Getsemani itu, Yesus menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak Allah agar kehendaklah yang terjadi sekalipun harus memanggul salib dan wafat pada salib yang dipanggulnya. “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!’” (Mat 26: 42)
Kebiasaan berjaga bersama Yesus selama satu jam yang dianjurkan Tuhan ini menjadi kegiatan tahunan setelah misa Kamis Putih, yaitu doa tuguran. Pada tuguran tersebut kita berdoa, mendengarkan Sabda Allah, dan masuk dalam keheningan untuk merenungkan peristiwa Perjamuan Malam Terakhir yang akan segera diikuti peristiwa Jumat Agung, di mana Yesus berdoa semalam-malaman (pagi-pagi benar) di Taman Getsemani. Dalam tuguran kita memandang Yesus yang hadir secara real dalam rupa Sakramen Mahakudus yang bertahta dalam keheningan monstran. Kita berada dengan Yesus, bercengkrama di malam (dini) hari. Kita turut menemani Yesus yang menderita berpeluh darah dan yang bergulat akan menghadapi penderitaan hebat yang berakhir pada kematiaan di atas salib.
Tradisi tuguran ini, kiranya tidak hanya dilakukan pada Kamis Putih, tetapi juga dilanjutkan pada setiap Jumat Pertama dalam Ibadat Penghormatan atau Adorasi Sakramen Mahakudus. Pada saat ibadat Salve itu kita berjaga bersama Yesus selama 20-60 menit. Bahkan kebiasaan adorasi Sakramen Mahakudus ini dilakukan tiap hari dalam komunitas tertentu teristimewa komunitas religius yang membaktikan diri pada Sakramen Mahakudus, seperti Kongregasi Suster-Suster Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi dan Konggregasi Murid-Murid Yesus dalam Ekaristi di Keuskupan Ruteng. Ada juga kongregasi sosial karitatif yang juga menganjurkan bahkan mewajibkan para anggotanya untuk memiliki saat kontemplatif didepan Sakramen Mahakudus.
Saya pernah mendengar cerita bagaimana konggregasi aktif seperti Konggregasi Misionaris Cinta Kasih yang didirikan Bunda Teresa dari Kalkuta mempunyai kebiasaan untuk adorasi Sakramen Mahakudus setiap hari. Konon Bunda Teresa meminta para suster anggotanya sebelum melayani orang miskin, kaum hina dina, harus berdiam diri di hadapan Sakramen Mahakudus; beradorasi pada Yesus setidaknya selama satu jam. Hal ini bisa dimengerti karena sesungguhnya yang dilayani oleh para Suster tersebut adalah Yesus yang hadir dalam rupa orang miskin. Bukankah Yesus sendiri bersabda demikian? “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25: 40)
Kini kebiasaan adorasi Sakramen Mahakudus ini makin diintensifkan lagi lewat aktivitas adorasi Ekaristi abadi, yaitu kebiasaan untuk melakukan adorasi sepanjang hari selama 24 jam sehari secara bergiliran. Untuk memberi fasilitas pada kerinduan adorasi Ekaristi abadi ini, dibangunlah kapel Adorasi (Ekaristi) Abadi. Di Keuskupan Bandung ada beberapa Kapel Adorasi Ekaristi Abadi. Yang pertama didirikan adalah Kapel Adorasi Abadi Paroki Bunda Tujuh Kedukaan, Pandu pada masa penggembalaan Mgr. Pudjasumarta. Kapel adorasi ini sejak didirikannya menjalankan adorasi Ekaristi 24 jam sehari. Di samping Kapel Adorasi Abadi Pandu, kini ada beberapa kapel lain, seperti Kapel Adorasi St. Paulus, Moh Toha dan Kapel Adorasi Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Buah Batu. Sayangnya kedua kapel tersebut belum bisa mewujudkan kegiatan Adorasi Ekaristi 24 jam sehari yang menjadi ciri sebuah Kapel Adorasi Ekaristi Abadi. Semoga di Keuskupan Bandung ini, makin banyak lagi Kapel Adorasi Ekaristi Abadi yang melakukan kegiatan Adorasi Ekaristi 24 jam sehari sebagai sarana untuk berjaga bersama Yesus.
Aktivitas adorasi Ekaristi Abadi saat ini kiranya makin populer berkat nasihat St. Faustina yang mengajak kita untuk beradorasi pada Sakramen Mahakudus sesuai pesan Yesus agar kita makin mengalami kerahiman Allah dalam Yesus. “Tuhan Yesus bersabda kepada St. Faustina bahwa Sakramen Mahakudus adalah ‘Tahta Kerahiman di bumi,’ dan setiap hari ‘Menyembahlah dalam Sakramen Mahakudus, Hati-Ku, yang penuh dengan kerahiman.’ ‘Aku menghendaki Penyembahan (Adorasi) terjadi … untuk maksud memohon Kerahiman-Ku bagi dunia” (Buku Harian Kerahiman Ilahi, 300, 1485, 1572, & 1070) Kegiatan Adorasi Ekaristi Abadi ini kini menjadi bagian dari pelayanan komunitas kerahiman Ilahi. Melalui Adorasi Ekaristi ini kita akan mengalami kerahiman Allah yang luar biasa. “Dalam Sakramen Mahakudus, Engkau telah menyatakan belas kasih-Mu; Kasih-Mu berkenan untuk mengaturnya demikian, sehingga, melalui hidup, sengsara dan karya-Mu, aku tak akan lagi, mau meragukan kebaikan dan belas kasih-Mu. Karena meskipun seakan kesengsaraan seluruh dunia terbebankan pada jiwaku, aku tak kan ragu sesaat pun, sebaliknya percaya dan mengandalkan kekuatan belas kasih Allah” (St Faustina, 1747 & 1748) (Lih www.katolisitas.org)
Karena kehadiran real Yesus dalam sakramen Mahakudus, alangkah dianjurkan kita untuk berdoa di depan Sakramen Mahakudus di Gereja atau di Kapel sesering mungkin untuk mengalami belaskasihNya. Apalagi kalau kita tak punya waktu atau tak memiliki kesempatan untuk Adorasi Ekaristi Abadi satu jam sehari. Jika kita tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk mengunjungi Yesus dalam Sakramen Mahakudus yang berada dalam tabernakel, kiranya baiklah kita berdoa di mana pun setidaknya satu jam sehari sebagai perwujudan dari nasihat Yesus untuk berjaga bersamanya selama satu jama agar kita tidak jatuh dalam godaan.
Terimakasih kepada para pelayan Adorasi Ekaristi Abadi terutama mereka yang terhimpun dalam Komunitas Kerahiman Ilahi. Semoga berkat pelayanan mereka, kita makin mengandalkan kerahiman Allah dalam diri Yesus sebagaimana tertulis pada gambar Yesus Kerahiman Ilahi: “Yesus, Engkaulah Andalanku!” Dalam adorasi Ekaristi, kita sesungguhnya berjaga bersama Yesus seraya mengalami kerahimanNya.
Ut diligatis invicem,
+ Antonius Subianto Bunjamin, OSC