Garda Terdepan

Mewakili organisasi, Wantyana Wahju, Ketua Presidium mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa WKRI DPD Jawa Barat berposisi sebagai Ormas (Organisasi Massa) Katolik adalah sejak Mgr. Antonius Subianto menjabat sebagai Uskup Keuskupan Bandung. Sedangkan sebelumnya dulu WKRI berada sebagai salah satu kelompok kategotrial dalam Dewan Karya Pastoral. Diakuinya bahwa sebagai ormas, WKRI menjadi bagus karena kami memang harus terjun langsung ke masyarakat, tidak nyaman hanya di dalam Gereja saja.

Sebagai ormas Katolik WKRI tetap menjalankan visi misi dan iman Gereja Katolik yang memang sejak awal sejarah terbentuknya organisasi ini didukung oleh para imam. Adanya cabang-cabang WKRI di paroki-paroki itu terbentuk atas campur tangan para imam. Mereka mendukung keberadaan WKRI. Demikianlah, sebagai ormas kami merasa menjadi garda terdepan Gereja untuk terjun dan berhadapan langsung dengan masyarakat. Banyak celah atau bidang-bidang pastoral WKRI yang langsung ke masyarakat, yaitu terkait kehidupan sehari-hari, PKK, Pos Yandu, kelurahan, pemerintahan yang memang sesuai dengan visi misi organisasi. Misi untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, salah satunya dilakukan dengan membantu perekonomian keluarga, peningkatan taraf hidup masyarakat seperti yang dilakukan WKRI.

Keterkaitannya dengan iman dan Gereja, bahwa pelayanan WKRI selalu didasarkan pada iman, injil dan ajaran sosial Gereja. Seluruh aktivitas organisasi tidaklah bisa terlepas dari koridor atau dasar iman Katolik tersebut. Kepada internal Gererja, WKRI mempunyai tugas untuk mempersiapkan kader atau generasi masa depan manusia yang siap menghadapi zaman. WKRI dan para anggotanya menjadikan dirinya teladan, pendorong serta selalu berusaha mempersiapkan generasi mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa untuk terlibat dalam kehidupan menggereja baik dalam liturgi maupun dalam pelayanan bersama Gereja. Sedangkan misi keluar, WKRI sebagai ormas dapat terlibat dan berjalan bersama dengan ormas-ormas wanita dalam pemerintahan baik tingkat propinsi, kecamatan, kelurahan dan seterusnya. WKRI pun diberi kepercayaan dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Bandung untuk selalu menjadi salah satu pengurusnya.

WKRI berposisi sebagai ormas sekarang ini sesungguhnya menjadi patner atau mitra Gereja dalam melakukan pelayanan dan kasih kepada masyarakat dan semua orang. Sebagai mitra (dan bukan masuk dalam struktur Gereja) kami justru menjadi sangat luas dan leluasa untuk berjejaring, kepada siapapun bahkan leluasa untuk berelasi dengan pemerintah. Meskipun WKRI sebagai ormas tidak secara langsung membawa aturan-aturan Gereja, tetapi karena berlandaskan pada iman Katolik, berbadan hukum dan memiliki AD-ART, maka WKRI ini bisa dengan leluasa berjejaring dengan siapapun.

Dalam keberadaannya yang lain, WKRI selalu berusaha mewujukan semangat Sosial, Aktif, Mandiri. Dalam konsep kemandirian ini, meskipun kami memang dituntut untuk demikian, namun seringkali kami menemui kesulitan-kesulitan khususnya bagaimana mengusahakan dana untuk menopang kehidupan dan karya organisasi. Di samping itu visi misi kami untuk mensejahterakan masyarakat menjadi sulit ditempuh karena katakanlah kami tidak memiliki dana atau sumber dana. Maka dari itu dukungan dari Gereja atau paroki-paroki entah apapun bentuknya, sangat kami harapkan, sebab sebagai organisasi mandiri kami mendapatkan bantuan dari mana kalau tidak karena bantuan Gereja. Sementara itu kami juga berusaha jeli, cerdik untuk mencari celah-celah, hal-hal mana yang bisa kami masuki, untuk mendukung dan menopang keberadaan kami.

Di lain sisi WKRI ingin menepis kesan bahwa organisasi ini bersifat ekslusif, organisasi yang mengundang dan terbuka bagi semua orang. Perhatian, simpati bahkan bantuan-bantuan ingin kami raih, baik di dalam Gereja sendiri maupun terutama dalam masyarakat, yaitu untuk mendukung eksistensi dan perjalanan pelayanan bagi semua. Demikian pula dalam sepuluh tahun terakhir, terutama di DPD Jawa barat ini telah mampu menjaring anggota-anggota muda dan dengan demikian mampu juga melakukan program dan kegiatan yang progresif, mengikuti jaman (IT) dan yang lebih memberdayakan masyarakat. Jadi kesan “wanita kolot” yang selama ini ada dalam WKRI, sudah berangsur kami kikis, hilangkan.

Maka dari itu harapan bagi WKRI sendiri adalah agar kehadiran kami bisa mewarnai hidup menggereja, walaupun kami tidak masuk dalam kelompok kategorial Gereja. Kemudian harapan kepada Gereja, agar kami dilibatkan dalam kegiatan atau pelayanan Gereja. Janganlah memberikan kepada WKRI hal atau tanggung jawab kecil, karena kami juga bisa melakukan mengerjakan hal-hal lebih. Wanita Katolik tidak identik dengan “wanita konsumsi”, bagian konsumsi, yang dianggap hanya bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil. Rupanya tidak begitu, karena kami bisa melakukan atau diberi tanggung jawab terhadap hal-hal yang besar, bahkan bukan hanya pekerjaan teknis tetapi soal kebijakan pun kami bisa melakukan. Kami berharap diberikan porsi yang lebih.


Wawancara disarikan oleh deBritto