Israel Menyeberangi Laut Teberau - Keluaran 14:15-25

Peristiwa menyeberang Laut Teberau menjadi narasi klasik sekaligus bukti bagi Bangsa Israel bahwa Allah menyertai, menemani, dan menyelamatkan mereka. Generasi demi generasi mewariskan narasi ini untuk mengingatkan dan menguatkan iman akan Yahwe sebagai Allah yang setia. Narasi ini dapat dibagi menjadi tiga.

Firman Yahwe

Bagian pertama ini membentang pada teks Keluaran 14:15-18. Pada bagian ini Firman Yahwe menjadi pusat perhatian. Firman Yahwe ini bisa dibedakan menjadi tiga bagian sesuai dengan alamat yang dituju. Pada teks Keluaran 14:15a Yahwe memberi perintah kepada orang Israel, melalui Musa, untuk mulai berangkat. Kemudian pada teks Keluaran 14:16 firman Yahwe dialamatkan kepada Musa sendiri. Ini merupakan unsur yang baru muncul di sini. Musa diperintah Yahwe untuk mengangkat tongkatnya ke laut sehingga air laut terbelah dan orang Israel dapat lewat di bagian yang kering. Bagian ketiga berupa firman Yahwe tentang diri-Nya sendiri (Keluaran 14:17-18). Teks Keluaran 14:17 mengulang kembali kata-kata Yahwe dari teks Keluaran 14:4a. Di sini hanya ungkapan ‘kereta’ dan ‘penunggang kuda’ yang tidak ditemukan.

Pada teks Keluaran 14:17-18 dengan jelas dihubungkan tema ‘mengeraskan hati’ dengan ‘memperlihatkan kemuliaan’ dan ‘mengenal’ Yahwe. Lagi-lagi Yahwe muncul sebagai pelaku yang mengeraskan hati orang Mesir sehingga mereka mengejar orang Israel. Dari teks tampak bahwa apa yang akan diperbuat Yahwe kepada orang Mesir yang mencakup Firaun dengan seluruh pasukannya, kereta dan para penunggang kuda merupakan sarana untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Hal ini dikatakan dua kali dalam teks Keluaran 14:17-18.

Menyeberang Laut Teberau

Bagian kedua membentang pada teks Keluaran 14:19-22. Bagian ini mengisahkan proses Bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau. Teks Keluaran 14:20 merupakan ayat yang sukar. Terjemahan Indonesia sebenarnya tak sesuai dengan teks Ibrani. Kata-kata maka malam itu lewat tidak terdapat dalam teks Ibrani, tetapi berasal dari Septuaginta. Salah satu usaha terjemahan yang kiranya cukup setia pada teks Ibrani, walaupun tak mudah dipahami maknanya adalah sebagai berikut.

Dan (tiang awan) itu berdiri di antara perkemahan orang Mesir dan orang Israel. Dan awan ada di sana dengan kegelapan, tetapi (tiang awan) itu memberikan terang pada malam. Dan sepanjang malam, yang satu tidak dapat mendekati yang lain. 

Pada teks Keluaran14:19 muncul tiba-tiba tokoh baru, yaitu ‘Malaikat Allah’. Dalam kisah keluaran ini, hanya di sinilah muncul tokoh tersebut. Dalam kisah, peran dan posisi malaikat Allah ini sama dengan ‘tiang awan’. Yang dikatakan pada teks Keluaran 14:19a tentang malaikat Allah, diulang lagi pada ayat selanjutnya dengan subjek ‘tiang awan’. Pada teks Keluaran 13:21 dikatakan bahwa Yahwe berada dalam tiang awan dan tiang api. Dari teks-teks itu kiranya dapat disimpulkan bahwa malaikat Allah, yang bergerak seperti tiang awan, sebenarnya adalah Yahwe sendiri. Di sejumlah tempat dapat ditemukan gagasan bahwa malaikat Allah itu tak lain adalah Yahwe sendiri. Dengan demikian pada teks Keluaran 14:19-20 diceritakan bahwa Yahwe berada di antara orang Israel dan Mesir. Akibatnya, Firaun yang tadinya bergerak mendekat (Keluaran 14:10) kini tidak dapat mendekat lagi.

Teks Keluaran 14:21-22 menggambarkan penyeberangan laut Teberau yang terkenal itu. Pada bagian ini narator menggunakan kata-kata yang sudah muncul pada teks Keluaran 14:16-17 dan menambahkan perincian yang perlu. Secara umum hubungan antara teks Keluaran 14:21-22 dengan teks Keluaran 14:16-17 bisa dirumuskan dengan skema ‘perintah-pelaksanaan’. Musa melaksanakan perintah Yahwe supaya mengulurkan tangannya ke atas laut. Selanjutnya, narator memberikan penjelasan atas perintah Yahwe itu.

dan semalam-malaman YHWH menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras” (Keluaran 14:21).

Ungkapan ini tidak terdapat pada teks Keluaran14:16, karena Yahwe sendiri yang berbicara. Dengan demikian narator mengaitkan tindakan Musa mengangkat tongkatnya dengan tindakan Yahwe yang menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur.

Menurut pendekatan sinkronis, kedua hal tersebut kiranya dapat didamaikan tanpa banyak kesulitan. Musa mengangkat tongkatnya. Selanjutnya, Yahwe dengan angin Timur, membelah air. Dengan demikian, ada kaitan antara tindakan Musa, yang merupakan perintah Yahwe sendiri, dengan tindakan Yahwe meniupkan angin. Tindakan Musa lalu menjadi tanda akan karya Yahwe.

Reaksi Orang Mesir 

Bagian ketiga membentang pada teks Keluaran 14:23-25a. Bagian ini mengungkapkan reaksi Orang Mesir. Teks Keluaran 14:23 mengisahkan cara orang Mesir mengejar orang Israel sampai ke tengah-tengah laut. Peristiwa ini menjadi titik kritis kisah. Apa yang akan terjadi? Oleh karena Yahwe mengeraskan hati Firaun, orang-orang Mesir mengejar orang Israel. Secara bertahap Tuhan melindungi Israel. Pertama, Musa menghibur orang Israel yang mengeluh (Keluaran 14:13-14). Kedua, Yahwe menempatkan diri di antara perkemahan orang Israel dan orang Mesir sehingga masing-masing tak bisa mendekat (Keluaran 14:19-20). Ketiga, juga melalui Musa, Yahwe membawa orang Israel menyeberangi Laut Teberau yang sudah kering karena campur tangan Yahwe (Keluaran 14:21-22). Akan tetapi, orang Mesir tetap ‘nekad’ mengejar orang lsarel, bahkan sampai ke tengah laut. Perhatikan bahwa di sini muncul lagi kata-kata ‘kereta dan para penunggang kuda Firaun.’ Tentu saja kata-kata mengingatkan pembaca akan teks Keluaran 14:17-18 di mana ungkapan ini (muncul dua kali) dikaitkan dengan rencana Yahwe memperlihatkan kemuliaan-Nya sehingga Firaun mengetahui bahwa Dia-lah Yahwe. Teks Keluaran 14:25 menyampaikan kesimpulan orang Mesir, yaitu ketidak-beresan yang terjadi merupakan tanda bahwa Yahwe-lah yang berperang melawan mereka.

Dalam teks Indonesia teks Keluaran 14:24-25 cukup mudah dilihat kaitannya dengan bagian sebelumnya. Orang Mesir masuk ke tengah laut untuk mengejar orang Israel (Keluaran 14:23). Selanjutnya, mereka menemui kesulitan besar. Dapat dibayangkan saat kereta-kereta itu masuk ke laut yang menjadi ‘kering’. Tentu saja, kondisi ‘kering’ ini tak sepenuhnya. Artinya, tanah bekas laut itu masih agak basah alias berlumpuh. Akibatnya, roda-roda kereta terperosok dalam lumpur sehingga sulit bergerak. Pada saat itulah mereka berusaha berbalik ke arah Barat, tetapi terlambat. Air telah berbalik dan meliputi mereka (Keluaran 14:27-28).