Jangan Takut

Pada Minggu (25/06/2023), Pastor Thomas Maman Suharman OSC dan Pastor Alloysius Setitit, OSC merayakan Hari Ulang Tahun imamat yang ke-40. Pesta ulang tahun ini diawali dengan perayaan Ekaristi. Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC menjadi selebran utama dalam perayaan Ekaristi, didampingi RP. Agustinus Agung Rianto, OSC, RP. Basilius Hendra Kimawan, OSC, RP. Fransiskus Samong,OSC, RP. Alfons Bogaartz OSC, dan dua Pastor yang ulang tahun imamat, yakni RP. Thomas Maman Suharman OSC dan RP. Alloysius Setitit, OSC.

Mgr. Anton dalam homilinya menyampaikan dalam kitab suci ada 365 kali frasa ‘jangan takut’. Artinya setiap hari dan setiap saat Tuhan menyampaikan jangan takut, jangan takut mewartakan kerajaan Allah. Karena Tuhan selalu ada di belakang kita. Ini pulalah spirit yang dihidupi oleh dua Krosier yang merayakan imamat ke-40 pada hari ini. Menjadi imam bukanlah sesuatu hal yang mudah, karena setiap saat menghadapi berbagai macam hal yang sulit. Namun mereka selalu mengandalkan Tuhan sehingga mereka tidak takut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami.

Seusai perayaan Ekaristi semua umat diajak untuk mengikuti rama-tamah di ruangan Krista. Pastor Agung (Provinsial Ordo Salib Suci) dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Pastor Maman dan Pastor Aloy atas 40 tahun imamat. Dibalik angka 40 itu ada peristiwa atau pengalaman beraneka ragam yang tentunya meneguhkan panggilan sebagai biarawan dan imamat. Sebagai rasa syukur Ordo Salib Suci, Pastor Agung memberikan kenangan dalam rupa pin salib kecil kepada kedua pastor yang berbahagia ini.


Buah Refleksi Pastor Alloysius Setitit, OSC

Ketika hendak ditahbiskan menjadi seorang imam, Pastor Allo mengambil motto hidup “Semua Karena Cinta”. Berikut sekilas refleksi perjalanan hidup Pastor Allo yang disampaikan kepada Redaksi Komunikasi.

Hidup ini merupakan suatu peziarahan, perjalanan panjang berliku melalui paradiso, padang gurun, oase dan padang rumput. Kuberjalan dalam hidupku, menyeruak kegelapan, menyapa hembusan angin malam, terbangun oleh tetesan embun pagi, berlari di bawah hangatnya sinar matahari, sembari bercanda riang di sela-sela kicauan burung ciptaan Tuhan, dan kudapati bahwa hidup adalah sebuah metafora, peralihan melalui via positiva, via negativa, via kreativa, dan via transformativa.

Kulalui semuanya dan terus berjalan hingga kujumpai jalan bercabang. Jalan pertama, “The Road Many Travellers Go.” Jalan kedua, “The Road Less Travel” – jalan yang jarang dilalui kebanyakan orang: “Two roads diverged in a wood, and I…? I took the one less travelled by, and that has made all the difference.” (Poem, Robert Frost, 1874–1963) Inilah jalan yang kupilih, jalan menuju panggilan Imamatku. Kubersujud dan berucap: “Kujawab panggilan-Mu ya Tuhan dan kujalani Imamatku dengan penuh cinta.”

Hingga hari ini aku telah berjalan melalui tapal batas yang Kautetapkan, bertumbuh dan berkembang, melalui kebahagiaan dan juga kesedihan, dalam kasih dan persaudaraan dengan umat-Mu yang Kaucintai. Kini kutiba pada Imamat ke-40 yang Kauanugerahkan bagiku, dengan luapan hati penuh cinta aku bersyukur kepada-Mu atas panggilan dan penyelenggaraan-Mu bagiku.

Suatu kesaksian dan kesan kepada Pastor Allo diberikan oleh Gabriel, Adik Pastor Allo. Pastor Allo adalah seorang kakak yang sangat bertanggung jawab dan selalu memberikan perhatian kepada keluarga dan adik-adiknya. Ketika libur ia kerap mengunjungi kami adik-adiknya.


Pastor yang tegas dan ramah 

Pastor Maman tidak mengungkapkan buah refleksi, namun suatu kesaksian disampaikan umat. Kesaksian diberikan oleh Andreas (nama lengkap). “Tak banyak bicara namun tegas”, kiranya itu kesan yang saya dapat selama mengenal Pastor Maman. Pembawaannya tenang, bersahaja, tetapi teguh dalam keimanan. Selalu ramah kepada siapa saja, namun tegas dalam menjalankan aturan dan prinsip. Dalam rapat-rapat di DPH, seringkali beliau menggali lebih dalam makna dan tujuan kegiatan, supaya kita tidak hanya sekadar berkegiatan namun sungguh mendapat hasil yang diharapkan. Saya juga sangat terkesan saat Pastor Maman berbicara tentang hal-hal yang liturgis, seperti bahwa Misa Hari Raya harusnya dirayakan lebih meriah dan dihadiri oleh lebih banyak umat, dibanding misa peringatan, atau menyarankan nuansa warna dekorasi yang sesuai untuk Hari Raya Natal, dan masih banyak hal lagi. Dan, beliau konsisten menyuarakan hal tersebut, demi Perayaan Ekaristi yang tidak hanya sekadar meriah, namun sungguh bermakna bagi umat yang hadir.

Ia juga sangat aktif dalam mendampingi umat, baik di dalam Bidang Pewartaan maupun di wilayah dan lingkungan, tempat ia ditugaskan untuk mendampingi. Ia selalu berusaha menyempatkan hadir dan menyapa semua umat, dalam berbagai kesempatan. Dekat atau jauh, tidak menjadi masalah, dia akan tetap mengusahakan hadir, bahkan terkadang dengan mengendarai motor sendiri. Dalam keseharian, Pastor. Maman juga pribadi yang senang berolahraga dan bermusik. Ketika masa pandemi, saya sesekali melihat beliau bersepeda berkeliling di parkiran belakang gereja, dengan memakai masker dan kalau pas bertemu beliau juga selalu menyapa. Saya juga mengamati, beliau ikut serta saat ada event perlombaan olahraga, beliau juga ikut berpartisipasi, bermain ping-pong dan bola volley. Dalam bermusik, beliau senang bermain ukulele, beberapa lagu pun ia ciptakan sendiri. Dari cerita saya, kita tahu bahwa beliau sebenarnya adalah pribadi yang sangat aktif, meskipun tampak sangat tenang kalau kita melihat dari luar tentang dirinya.

Selamat merayakan ulang tahun Imamat yang ke-40, Pastor Maman. Semoga selalu bersemangat dan penuh sukacita di dalam hidup dan pelayanan. Doa kami semua, semoga Pastor selalu diberikan kesehatan, juga kesetiaan dan kebijaksanaan dalam melayani Gereja Allah.***

Fr. Adrian Purnama, OSC