Pada Perayaan Ekaristi Hari Raya Kristus Raja (26 November 2023), Kuria Keuskupan Bandung bersama dengan Tim Fokus Pastoral melakukan penutupan Fokus Pastoral 2023 yang bertema “Sukacita Hidup Berbangsa” dan sekaligus pembukaan Fokus Pastoral 2024 dengan tema “Sukacita Ekonomi Kreatif”. Untuk mendukung tema Fokus Pastoral 2024, dihadirkan 24 stand UKM Katolik di lapangan parkir Gereja Katedral. Mereka menyajikan aneka macam produk hasil kreativitas mulai dari hasil kerajinan, pertanian, hingga makanan. Semoga melalui pameran hasil usaha kreatif ini, kaum muda Katolik terinspirasi untuk juga menjadi pribadi yang berani dan kreatif dalam bekerja dan menciptakan suatu karya.
Ekonomi kreatif dipahami sebagai “upaya membangun kehidupan yang lebih baik khususnya dalam perekonomian dengan mengutamakan nilai kreativitas (kreasi intelektual, inovasi, dan kolaborasi).” (Tim Fokus Pastoral Keuskupan Bandung). Maka, dalam Fokus Pastoral tersebut, bukan hanya kreativitas dalam memikirkan dan menciptakan usaha ekonomi yang baru, tetapi juga mengupayakan kolaborasi sebisa dan seluas mungkin dengan siapapun yang berkehendak baik.
Kaum muda bukan hanya ditantang untuk menjadi pribadi yang produktif kreatif, tetapi menjadi pribadi yang berani membuat terobosan dengan menawarkan hasil yang bermutu dengan harga terjangkau. Dengan begitu, mereka yang secara ekonomi lemah dapat terbantu untuk memperoleh produk-produk yang layak untuk digunakan karena bermutu dan bermanfaat. Kaum muda diajak untuk bukan hanya kreatif, tetapi juga berani menghasilkan sesuatu dengan berpegang pada prinsip competitive advantages. Dengan prinsip mengutamakan berbagai manfaat yang kompetitif, kaum muda ditantang untuk menghasilkan suatu produk yang bermutu dengan harga yang lebih murah dan dengan bentuk yang lebih menarik. Maka, kaum muda didorong bagaimana secara administratif dan managerial, untuk menciptakan produk yang lebih rapih dan dikerjakan dengan lebih cepat. Dari sudut teknologi dan informasi, produk yang ditawarkan diharapkan lebih canggih dengan tetap memperhatikan sentuhan hati yang mengutamakan relasi pribadi. Secara material dan finansial, produk yang dipasarkan itu lebih bagus dengan harga yang lebih bersaing.
Fokus Pastoral 2024 yang adalah Sukacita Ekonomi Kreatif ditujukan secara istimewa pada kaum muda. Di sini kaum muda diundang untuk dengan sukarela dan sukacita turut mengembangkan ekonomi kreatif. Gereja Keuskupan Bandung hendak mengundang kaum muda untuk berani dan kreatif menjajaki berbagai kemungkinan untuk menjadi pribadi yang produktif. Fokus pastoral tahun 2024 ini ditempatkan dalam konteks Fokus Pastoral lima tahunan, yaitu Berbagi Sukacita Mengubah Dunia.
Ada tiga kata yang ditekankan oleh Tim Fokus Pastoral Keuskupan Bandung dalam tema Sukacita Ekonomi Kreatif, yaitu berkarya, bersaksi, dan memberkati. Ketiga unsur ini menjadi dinamika dalam mewujudkan cita-cita kaum muda untuk terlibat dalam ekonomi kreatif.
Berkarya adalah bagian dari martabat manusia. Tanpa kerja yang pas dan pantas, manusia bisa kehilangan martabatnya. Manusia diciptakan untuk berkarya sebagai teman sekarya Allah dalam menyelamatkan manusia dengan cara mengusahakan bumi yang aman dan nyaman. “Lewat karya, manusia mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah di dunia; perlu dihayati sebagai ungkapan syukur serta tanggung jawab atas rahmat hidup dan alam ciptaan yang disediakan Allah untuk dinikmati sekaligus dirawat.” Lewat karya kreatif, kita diharapkan dapat membangun dunia menjadi rumah kita bersama.
Bersaksi adalah panggilan murid Tuhan yang telah diselamatkan (mendapat pengalaman dikasihi Allah) untuk memuliakan Allah. Kesaksian otentik sebagai murid Kristus diperlukan di tengah perubahan zaman yang cepat. “Karenanya, harus mampu beradaptasi dengan segala perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Kristiani dan ajaran Gereja (kasih, keadilan, subsidiaritas, kesejahteraan umum, dan lain-lain) menjadi pedoman untuk membangun ekonomi yang menghidupkan dan berkeadilan.” Karya kita menjadi kesaksian yang beraromakan Injil kalau menghadirkan nilai-nilai Kristiani yang diajarkan Yesus.
Memberkati adalah membagikan anugerah yang kita terima dari Allah kepada sesama. Pengalaman diberkati oleh Allah mendorong seseorang untuk berbagi berkat pada sesama. “Kerja manusia harus memiliki dapampak yang nyata bagi diri dan sesama, yaitu peningkatan kualitas hidup dan penghormatan martabat manusia, sehingga orang dapat semakin mengenal, memuji, dan memulikan Allah.” Semoga karya kita menjadi saluran berkat Allah.
Dalam berkarya, bersaksi, dan memberkati, kaum muda kiranya perlu menimba inspirasi dari Santo Yusuf. Walaupun Yusuf tidak muda lagi sewaktu menikah dengan Maria dan membesarkan Yesus, ia ditampilkan sebagai seorang pekerja dan digambarkan sebagai seorang kudus yang membawa perkakas tukang kayu. Dalam Surat Apostolik Patris Corde, (8 Desember 2020) Sri Paus Fransiskus menulis tujuh keutamaan Santo Yosep. Salah satunya adalah seorang bapak yang berani secara kreatif. Salah satu contohnya, ketika bersama Maria, Yusuf tiba di Betlehem, Maria pun hendak melahirkan. Yusuf tidak menemukan tempat penginapan yang layak di mana Maria dapat melahirkan Yesus. Yusuf tidak marah pada siapapun dan apapun, tetapi secara kreatif mencari tempat kelahiran Yesus. Yusuf menemukan serta “… mengatur sebuah kandang dan menatanya kembali sehingga sedapat mungkin menjadi tempat penyambutan bagi Putra Allah yang datang ke dunia (bdk. Luk 2:6-7).” (Patris Corde)
Dalam keberanian kreatif, ada kepercayaan bahwa Allah yang mahakuasa dan mahabaik sebetulnya bisa berbuat apa saja membantu kita. “Bila kadang Allah tampaknya tidak menolong kita, ini tidak berarti bahwa Dia telah meninggalkan kita, tetapi bahwa Dia mempercayai kita, akan apa yang bisa kita rancang, ciptakan dan temukan.” (Patris Corde) Semoga kaum muda menjadi pribadi kreatif dan produtif dengan percaya kepada Allah bahwa Allah mempercayakan talenta tertentu kepada setiap kaum muda untuk berkarya secara berani tanpa mengeluh dan menyalahkan siapa dan apapun sebagaimana diteladakan oleh Santo Yusuf yang dengan keberanian kreatif berhasil menemukan kadang binatang sebagai tempat lahirnya Juruselamat; terlaksanaNya kehendak Allah. Semoga kaum muda menjadi pribadi yang berani dan kreatif dalam mengembangkan karya tertentu sebagai bagian dari mewujudkan kehendak Allah hingga menjadi pribadi yang berkarya, bersaksi, dan memberkati.
Kalau ada seorang pemuda yang mempunyai keberanian kreatif dalam memancing tetapi tak punya kail, siapakah yang akan memberi kailnya? Marilah kita yang mempunyai “kail” (fasilitas) memberi kesempatan kepada kaum muda untuk “memancing” (berkarya) secara kreatif dengan mempercayakan (memberi) “kailnya”! Dengan begitu, semoga kaum muda menjadi pribadi yang kreatif sekaligus produktif.
Ut diligatis invicem,
+ Antonius Subianto Bunjamin, OSC