omo77omo77omo777omo777omo777omo777omo777omo777winrate777winrate777winrate777UnogoalSPBOSPBOatlasbet88atlasbet88atlasbet88macanasia88macanasia88macanasia88cuanwin138cuanwin138cuanwin138Judi Bolaslot88slot gacorslot danaslot demoslot pulsaslot maxwinrtp slot
Slot GacorSlot DanaSlot PulsaBandar TogelToto Togelslot88Slot DemoSlot Totortp slotJudi BolaSlot RecehSlot MaxwinSlot BonusRaja SlotSlot ZeusSlot HokiSlot Deposit 25kSlot Depo 10kSlot Depo 5kSlot Garansi Kekalahanspbounogoalnowgoalsbobet88Sv388Agen777Agen88Asia88bet88Slot77Slot4dslot303jackpot88Joker123Pay4dIDN PokerIDN SlotMPO SlotNexus SlotUG SlotInfini88Mahjong Ways Slotparlay bolaData SgpData MacauData HkData SydneyData JepangData ChinaData KambojaData TaipeiDominoqqPkv GamesBocoran Admin JarwoBocoran Admin RikiBocoran Admin BagusBocoran Admin DikaSlot Server LuarAkun Pro ThailandAkun Pro KambojaAkun Pro JepangAkun Pro RusiaAkun Pro MalaysiaAkun Pro TaiwanAkun Pro HongkongAkun Pro SingaporeAkun Pro MyanmarAkun Pro VietnamAkun Pro AmerikaSlot Server ThailandSlot Server KambojaSlot Server JepangSlot Server RusiaSlot Server MalaysiaSlot Server TaiwanSlot Server HongkongSlot Server SingaporeSlot Server MyanmarSlot Server Vietnam
Slot GacorSlot DanaSlot PulsaBandar TogelToto Togelslot88Slot DemoSlot Totortp slotJudi BolaSlot RecehSlot MaxwinSlot BonusRaja SlotSlot ZeusSlot HokiSlot Deposit 25kSlot Depo 10kSlot Depo 5kSlot Garansi Kekalahanspbounogoalnowgoalsbobet88Sv388Agen777Agen88Asia88bet88Slot77Slot4dslot303jackpot88Joker123Pay4dIDN PokerIDN SlotMPO SlotNexus SlotUG SlotInfini88Mahjong Ways Slotparlay bolaData SgpData MacauData HkData SydneyData JepangData ChinaData KambojaData TaipeiDominoqqPkv GamesBocoran Admin JarwoBocoran Admin RikiBocoran Admin BagusBocoran Admin DikaSlot Server LuarAkun Pro ThailandAkun Pro KambojaAkun Pro JepangAkun Pro RusiaAkun Pro MalaysiaAkun Pro TaiwanAkun Pro HongkongAkun Pro SingaporeAkun Pro MyanmarAkun Pro VietnamAkun Pro AmerikaSlot Server ThailandSlot Server KambojaSlot Server JepangSlot Server RusiaSlot Server MalaysiaSlot Server TaiwanSlot Server HongkongSlot Server SingaporeSlot Server MyanmarSlot Server Vietnam
Keuskupan Bandung - Blog Post

KDRT : Butuh Penyadaran dan Pendampingan

Kekerasan dalam rumah tangga juga terjadi dalam keluarga-keluarga katolik. Berikut redaksi KOMUNIKASI menyajikan wawancara dan sharing langsung dengan Pastor Yoyo Yohakim, OSC, Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Bandung.

Pastor, secara data apakah ada kejadian KDRT dalam lingkup keluarga-keluarga Katolik?

Pertama-tama disampaikan, dalam sharing ini saya lebih ke arah pengalaman, praktis dan bukan teori, yaitu pengalaman konseling. Selama melayani, mendampingi konseling perkawinan rupaya ada banyak kasus KDRT yang terjadi dalam kehidupan perkawinan. Hampir setiap masalah perkawinan yang saya temui adalah masalah KDRT. Pada awalnya, saat membicarakan ini agak berat, namun lama kelamaan toh terungkap. Mungkin dulu kasus KDRT ini begitu tertutup, malu untuk dibicarakan. Namun seiring perkembangan mereka berusaha mulai mencari bantuan pihak lain dengan misalnya melakukan konseling. Sebelumnya, karena sebuah pasangan tidak tahan dengan kejadian KDRT ini, maka sering menjadialasan kuat untuk mengajukan pembatalan perkawinan.

Apa saja jenis-jenis KDRT dan apa faktor penyebabnya?

KDRT terjadi dari banyak faktor. Salah satu yang paling umum yaitu faktor ekonomi dalam arti bahwa keluarga tidak dihidupi secara layaknya atau juga ada pembatasan-pembatasan pasangan tidak boleh bekerja atau dalam soal ekonomi ini berupa penelantaran. Lalu juga terjadi kekerasan fisik, pemukulan bahkan lebih sadis dari itu, dilempar, dicekik, ditendang, bahkan ada juga terjadi kekerasan seksual. Juga ada kekerasan secara psikis lewat kata-kata, tekanan, ancaman. Jadi jenis dan faktor KDRT ini adalah soal ekonomi berupa penelantaran, kekerasan fisik, psikis dan mental. 

Sebelumnya Pastor, sebenarnya apakah tema KDRT layak/pantas untuk dimunculkan dan dibicarakan ?

Ya, memang seharusnya hal, masalah ini diungkap. Maka Gereja dalam arti Komisi Keluarga sudah mulai membahas, memberikan wawasan mengenai hal itu dalam Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) agar pasangan nantinya mengerti akan pentingnya masalah ini. Bahkan diharapkan dalam keluarga pun, orang tua membekali dan mendampingi anaknya dalam soal ini. Karena ternyata kekerasan ini sebetulnya bisa mulai dan terjadi saat masa pacaran atau disebut kekerasan dalam pacaran. Ada karakter-karakter muncul saat pacaran, misalnya sikap kasar atau menunjukkan sikap kurang baik, tetapi karena alasan cinta seolah itu diabaikan sehingga akan berlanjut setelah pasangan menikah.

Bagaimana dengan pemahaman mereka atas hakekat perkawinan katolik ?

Jika dikaitkan dengan hakekat perkawinan katolik jelas hal itu sangat bertentangan, karena KDRT itu salah satunya berlawanan dengan hukum kasih. Perkawinan sebagai kesatuan kasih, maka dalam situasi seperti itu tidak tercipta. Di dalamnya itu terdapat domonasi satu dengan yang lain, tidak ada kesetaraan. Akhirnya hal-hal ini dinyatakan dalam sikap-sikap dan tindakan kekerasan yang mana itu berlawanan dengan tujuan perkawinan, kebaikan bersama.

Jika dikaitkan dengan situasi saat ini, dikala pandemi covid-19 ini, apakah terlihat ada peningkatan masalah keluarga atau khususnya KDRT ini Pastor ?

Harus dikatakan bahwa memang pada situasi pandemi ini kasus-kasus itu meningkat, bahkan sangat banyak. Misalnya saja seorang suami yang terkena PHK, sementara secara ekonomi ada tuntutan kebutuhan dari isteri dan anak-anak, hal ini menjadikan emosi dan misalnya terjadi pemukulan. Atau karena seringnya berkontak (bertemu secara fisik) dan dalam situasi sulit terkena PHK tadi, maka memicu tensi tinggi di antara mereka.

Dengan demikian Pastor, lalu Gereja atau Komisi keluarga hadir seperti apa?

Saya sebagai ketua komisi, yang pertama memberikan penyadaran, misalnya webinar dengan mengangkat masalah KDRT ini. Paling tidak dengan memberi penyadaran akan membuat keluarga-keluarga terbuka dan tahu, sehingga berusaha mengatasi. Kedua, memperkuat di KPP, dimana materi KDRT ini juga sekarang ada, dipelajari; dan yang ketiga adalah konseling. 

Lalu terpenting yang sedang Komisi lakukan adalah pendampingan kaum muda, khususnya bagaimana mereka dalam masa pacaran. Dimaksudkan agar kaum muda mengenal betul calon suami atau istrinya, baik karakter, sifat, kebiasaan dan apakah akhirnya ia bisa memutuskan untuk menerima atau tidak sebagai pasangan.

Jika dikaitkan dengan hukum Gereja, lalu apa hukumannya secara Gereja ?

Jujur saya tidak mengerti masalah hukum Gereja ini. Tetapi justru di sini Gereja berusaha membantu sebaik-baiknya agar rumah tangga itu baik kembali sesuai harapan, artinya KDRT-nya itu berusaha diatasi. Kami menghindarkan agar kejadian atau kasus KDRT ini kemudian berujung atau dibawa Tribunal, karena intinya tidak ada perceraian dalam Gereja Katolik. KDRT bertentangan dengan hakekat dan sifat sakramental perkawinan, atau janji perkawinan : hidup dalam untung dan malang.

Selama ini apa yang menjadi kesulitan, kekurangan atau tantangan dalam pendampingan atas kasus KDRT ini?

Yang jelas adanya kekurangterbukaan. Seringkali mereka ini datang dalam keadaan sudah “parah”, sehingga sudah tercipta luka batin yang demikian dalam. Kalau sudah sampai pada luka batin maka pendampingannya pun harus lebih serius lagi, karena di satu pihak harus mendampingi KDRT-nya dan di lain pihak luka batinnya. Ini memerlukan usaha yang panjang, kerja keras dan tidak mudah. Keprihatinan yang lain adalah kurangnya pendampingan kaum muda oleh keluarga sendiri dalam menentukan pasangan, sehingga di sana sini terjadi sesuatu masalah yang terlanjur. Bisa dikatakan masa pacaran sekarang itu bergeser dan terkesan dangkal, hanya pada tataran keterbukaan saja. Padahal masa pacaran itu masa untuk mengenal pribadi, karakter dan sebagainya, hingga pada suatu keputusan siap atau tidak hidup bersama orang itu.

Lalu perangkat apa yang dirasa Pastor lebih efektif untuk dijalankan saat ini?

Pertama, yang perlu disasar adalah pendampingan kaum muda untuk membuka wawasan hidup berkeluarga juga khususnya tentang KDRT ini. Kedua, dalam persiapan perkawinan pun kita harus memberikan wawasan ini. Ketiga, penyadaran-penyadaran dan pendampingan dalam kelompok keluarga muda yang sudah kami bentuk kelompoknya. Kalau pendampingan pada keluarga muda ini bagus, intensif, maka awal KDRT itu segera terdeteksi. Jujur saja pendampingan keluarga muda di keuskupan ini sekarang sedang digalakkan. Selanjutnya biro konseling juga harus kuat. Kebetulan di Keuskupan Bandung para psikolog (Katolik) bersedia dikumpulkan dan memberikan waktunya untuk pelayanan keluarga-keluarga.

Pastor, terakhir, apa biasanya akhir dari “cerita” KDRT yang terjadi pada keluarga katolik ini?

Ya semua itu tergantung masalahnya; kalau masalahnya bukan psikis, pada saat kitan mendampingi dan bisa dibantu akhirnya kebanyakan harmonis kembali. Tetapi kalau pada dasarnya itu bawaan psikis atau luka batin dari seseorang, maka itu memerlukan pendampingan yang panjang dan tidak mudah. Namun juga tergantung dari kesediaan orang itu untuk dibantu, kalau tidak mau dibantu, tertutup ya akhirnya terpaksa pisah. Dalam hal ini bukan Gereja memisahkan atau menyarankan perpisahan, melainkan justru mengusahakan sebisa mungkin mereka tetap bersatu, harmonis.

Apa harapan Pastor terhadap situasi KDRT yang dialami umat?

Saya menggalakkan biro konseling di Keuskupan ini, salah satunya karena kasus-kasus KDRT seperti ini belum banyak terungkap. KDRT bisa jadi seperti gunung es di mana saat ini baru sedikit yang muncul, tampak. Konseling-konseling dimaksudkan agar mereka mulai terbuka dengan keadaan diri atau permasalahan keluarga yang dialami alami. Terlebih dalam situasi sulit sekarang ini, kiranya orang semakin memerlukan pendampingan dan penemanan dalam kesulitan.***


***deBritto