KOMSOS: CORONG HATI DAN BUDI

Salah satu dari 16 dokumen Konsili Vatikan II adalah Inter Mirifica (IM, 1963), yaitu Dekrit tentang Alat-Alat Komunikasi Sosial. Arti inter mirifica yang menjadi kata-kata pertama dokumen tersebut adalah “Di antara hal-hal yang mengagumkan.” Para Bapa Konsili menyadari bahwa media sosial (medsos) adalah hasil pencapaian akal budi dan pengembangan pengetahuan yang sangat berpengaruh dalam sejarah manusia dan patut disyukuri sebagai karya besar manusia yang diberkati Allah. “Diantara penemuan-penemuan itu yang paling menonjol ialah upaya-upaya, yang pada hakekatnya mampu mencapai dan menggerakkan bukan hanya orang-orang perorangan, melainkan juga massa, bahkan seluruh umat manusia; misalnya: media cetak, sinema, radio, televisi dan sebagainya, yang karena itu memang tepatlah disebut media komunikasi sosial.” (IM, 1) Untuk itulah media sosial juga disebut media massa, yaitu suatu sarana yang dapat menggerakkan massa secara luar biasa. Maka, kita dipanggil untuk menggunakan media sosial ini sesuai dengan kehendak Allah untuk keselamatan manusia.

Sayangnya media sosial ini juga disalah-gunakan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab; yang tidak membela kehidupan, kemanusiaan, dan kedamaian, tetapi berpikir untuk kepentingan sendiri. Segala bentuk penyalah-gunaan media sosial mengakikatkan kerugian bahkan kehancuran dalam diri manusia dan hidup bermasyarakat. Media sosial harus berada di tangan seorang yang memiliki hati dan budi yang tertuju kepada Allah; yang sehati dan sepikir dengan Allah agar dapat memanfaatkannya seiring dengan ajaran Gereja dan sesuai dengan Allah. Gereja berkembang dari komunitas pertama di Yerusalem hingga kini pun tak lepas dari peran media sosial yang terus berkembang dari masa ke masa; mulai dari bentuk media cetak seperti tulisan, buku, dan kitab sampai media elektronik seperti rekaman suara dan rekaman gambar (video).

Dalam budaya Gereja Katolik, media sosial ini disebut komunikasi sosial (komsos), yaitu suatu istilah yang hendak menunjukkan hakikat dari media sosial yang adalah bentuk komunikasi antar manusia dalam komunitas tertentu. Media sosial menjadi semacam bahasa yang menjadi ungkapan isi hati dan budi. Dengan istilah komsos, Gereja kiranya hendak “membaptis” medsos yang bersifat netral; bisa digunakan secara positif oleh orang yang berkehendak baik demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia, tetapi juga bisa dipakai secara negatif oleh orang yang tak bertanggungjawab demi kepentingan sendiri atau kelompok tertentu dengan mengabaikan kesejahtaraan manusia. Dengan istilah komsos, medsos diberi nilai Kristiani, yaitu sebagai sarana komunikasi untuk kegiatan pastoral dan pelayanan sakramental yang bertujuan untuk menghadirkan Kerajaan Allah, di mana terwujud keselamatan umat dan kesejahteraan masyarakat. Komunikasi sosial adalah sarana utama dalam pewartaan Injil dan pendukung dalam kegiatan persekutuan, pelayanan, dan perayaan liturgi.

Kita diajak untuk setia dalam mewujudkan hakikat medsos sebagai komsos tersebut karena kini kita berada dalam dunia yang terganggu oleh penyalah-gunaan media sosial baik cetak maupun elektronik. Demi keuntungan finansial, ada orang yang menggunakan medsos untuk tindakan amoral, seperti pornografi dan jula-beli barang-barang terlarang. Demi perluasan ideologi radikal, ada orang yang menggunakan medsos untuk ujaran kebencian dan berita bohong. Demi keinginan yang keliru, ada orang yang menggunakan medsos untuk mengelalui dan memperdaya orang lain. Di tangan yang salah, medsos menjadi sarana yang menghacurkan kehidupan manusia. Marilah kita menggunakan medsos ini sebagai komsos yang meningkatkan sendi-sendi keluarga dan pilar-pilar kehidupan dalam bermasyarakat dan berbangsa. Hanya di tangan orang yang tepat, medsos menjadi komsos yang membawa berkat bagi banyak orang.

Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, kontak fisik dibatasi, bahkan dicegah untuk kasus-kasus tertentu. Agar pembatasan jarak fisik ini tidak menjadi pemutusan hubungan antar manusia, kita bisa menggunakan komsos sebagai sarana hubungan sosial, kebersamaan moral, dan pesekutuan spiritual. Komunikasi sosial ini justru dapat menjangkau pribadi-pribadi yang selama ini tak terhubungkan karena jarak dan waktu tempuh untuk bertemu secara fisik. Dalam masa wabah Covid-19 ini, media sosial baik cetak maupun terutama elektronik menjadi sarana efektif agar kita tetap terhubung dengan sahabat dan kerabat serta dengan komunitas. Dalam situasi itu, medsos menjadi sarana komunikasi sosial yang efektif dan efisien yang memberi dampak positif pada aspek sosial, moral, dan spiritual di mana orang masih merasa terhubung dengan yang lain; terdukung satu sama lain dalam perjuangan hidup, dan terteguhkan melalui kegiatan-kegiatan rohani virtual sebagai kompensasi kekosongan kegiatan aktual.

Salah satu contoh dari efektivitas dan efisiensi penggunaan komsos dalam kegiatan rohani, adalahperayaan Ekaristi Keuskupan Bandung yang disiarkan secara online oleh Komsos Keuskupan Bandung sejak 22 Maret 2020 hingga saat ini. Perayaan Ekaristi tersebut diikuti atau ditonton oleh ribuan, puluhan ribu, dan bahkan mencapai lebih dari seratus ribu. Berdasarkan pengamatan, ada perayaan Ekaristi yang secara langsung diikuti oleh tiga puluh ribuan orang bersama-sama. Bayangkanlah kalau sejumlah orang tersebut berkumpul bersama. Tak ada tempat di wilayah Keuskupan Bandung ini yang mampu dengan nyaman menampung 30.000 orang bersama dalam suatu Ekaristi. Untuk video Youtube misa Kamis Putih (9 April 2020), berdasarkan data terkini sudah dilihat 127,992 kali. Bisa dibayangkan bahwa ada lebih dari jumlah warga Katolik Keuskupan Bandung yang sekitar seratus-ribu-an yang mendengarkan sabda Allah dan pewartaannya melalui homili. Komunikasi sosial telah memungkinkan pewartaan melampau batas- batas ruang dan waktu. Lebih dari itu, ternyata Kitab Suci yang dibaca, liturgi yang dirayakan, dan homili yang disampaikan bisa dilihat dan didengar bukan hanya oleh orang Katolik saja, tetapi siapapun. Kalau melihat Youtube, kita bisa mencermati ada video yang dilihat oleh jutaan orang. Kalau video itu bermuatan positif, tentu sangat membantu kehidupan manusia, tetapi kalau sebaliknya, bayangkan berapa banyak orang yang terpengaruh negatif.

Komunikasi sosial sesungguhnya adalah corong hati dan budi seseorang. Karenanya, manfaat medsos tergantung dari hati dan budi pemakainya. Marilah kita menjadi pengguna dan pencinta medsos yang berhati dan berbudi manusiawi dengan orientasi kehidupan surgawi guna mewujudkan damai sejahtera di muka bumi ini.

Ut diligatis invicem,

Antonius Subianto B OSC