Mendukung Radikalisme - Lukas 9 : 57-61

BAGI sebagian orang, kehidupan manusia sehari-hari penuh dengan debu. Orang-orang yang mengalaminya dibuat jengkel dan bingung akibat aneka macam perkara yang banyaknya seperti paparan debu atau bintang-bintang yang bertengger di langit. Hidup yang demikian menjadi sedemikian pelik dan rumit. Sulit untuk hidup secara sederhana dalam kondisi tersebut. Dalam kondisi tersebut, kerap manusia terseret pada kerumitan berpikir dan berasa. Semua menjadi sedemikian rumit. Akibatnya, manusia menganggap yang rumitlah yang berharga. Sebaliknya, yang sederhana menjadi kurang berharga.


Tiga pertanyaan

Bagi Yesus sebaliknya. Yang sederhana membukakan makna bagi kehidupan yang tampak rumit. “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). Serigala dan burung yang tidak memiliki intensi apa pun untuk memaknai dunia dipakai Yesus untuk memaknai kehidupan-Nya dan kehidupan manusia pada umumnya. Sabda Yesus ini mengungkap untuk mengambil penegasan dalam dialog-Nya dengan para murid terkait mengikuti-Nya.

Alur pembicaraan antara Yesus dan para murid-Nya ditandai dengan tiga pernyataan. Tiga pertanyaan ini datang dari tiga orang yang berbeda. Yang pertama menyatakan kesediaannya untuk mengikuti Yesus. “Aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi” (Lukas 9:57). Orang kedua menyampaikan pernyataan yang berbeda saat Yesus mengajak untuk mengikuti-Nya. Orang kedua ini memohon izin supaya dapat pergi terlebih dahulu untuk mengurus penguburan ayahnya. “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku” (Lukas 9:59). Sedangkan yang ketiga seolah menyampaikan rangkuman dua pernyataan sebelumnya. Orang ketiga ini menyatakan kesediaannya mengikuti Yesus, tetapi dengan terlebih dahulu pamit kepada keluarganya. “Aku akan mengikuti Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku” (Lukas 9:61).

Pernyataan orang ketiga ini rupa-rupanya menjadi jawaban atau tanggapan yang cenderung disampaikan Yesus saat ada ajakan kepada mereka untuk mengikuti-Nya. Ada kesanggupan. Akan tetapi, kesanggupan itu masih dibayang-bayangi keragu-raguan akibat merasa belum ikhlas meninggalkan kemapanan yang telah dirasakan, sementara belum ada jaminan kepastian akan hidup yang nyaman di masa yang akan datang dengan mengikuti Yesus itu. Sulit melepaskan diri dari ikatan-ikatan kenyamanan yang dimiliki. Padahal, persis kenyamanan-kenyamanan semacam itulah yang harus dilepas saat seseorang mau mengikuti Yesus. Di situlah terletak radikalitas mengikuti Yesus. Dengan keikhlasan dan keberanian melepaskan segala yang nyaman untuk mengikuti Yesus, seseorang menunjukkan sikap radikal. Yesus mendukung, bahkan mendorong radikalisme.


Tiga penjelasan

Sikap Yesus mendorong radikalisme itu terungkap dalam tanggapan-Nya. Menanggapi tiga pertanyaan tersebut, Yesus juga menyampaikan tiga pernyataan atau penjelasan. Pertama, Yesus menegaskan diri-Nya sebagai 'Anak Manusia'. Sebutan 'Anak Manusia' bermaksud mengungkapkan betapa rapuh sekaligus betapa fananya diri manusia di hadapan Allah. Kedua, dengan menggunakan serigala sebagai gambaran atau ilustrasi penjelasannya, Yesus bermaksud menunjukkan betapa manusia pun selalu berada dalam kondisi yang dinamis. Manusia senantiasa berada dalam kondisi yang berubah-ubah. Manusia senantiasa mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Manusia selalu berziarah dari satu kondisi kehidupan menuju kondisi kehidupan yang lainnya. Ketiga, sebagaimana seekor burung yang memiliki sarang, manusia pun sebenarnya memiliki tempat tinggal. Tempat tinggal itu adalah dunia. Akan tetapi, walaupun memiliki tempat tinggal, hidup manusia berpotensi tidak senantiasa nyaman akibat bahaya yang selalu mengintip dan mengancamnya.

Tiga penjelasan Yesus itu melukiskan kondisi diri manusia yang rapuh, fana, sekaligus senantiasa berada dalam perubahan. Perubahan itu pun kerap kali tidak aman. Dalam kondisi seperti itulah manusia mendapat panggilan untuk mengikuti Yesus. Dengan demikian, panggilan untuk mengikuti Yesus bukanlah bersifat kausatif, melainkan orientatif. Artinya, manusia mendapat panggilan dari Allah bukan karena diri atau keberadaannya. Panggilan manusia tidak tergantung pada kenyataan bahwa dirinya lemah dan fana atau kuat dan bersemangat. Manusia mendapat panggilan dari Allah supaya ia sanggup berjalan atau melangkahkan kakinya menuju ke arah yang dikehendaki Allah. Sederhananya, setiap manusia mendapat panggilan untuk mengarahkan dirinya kepada jalan yang ditunjukkan Allah kepadanya. Salah satunya, adalah kehendak Allah supaya manusia menjadi pewarta kabar gembira-Nya.

Oleh karena itu, saat panggilan itu dirasakan atau dialami, yang harus dilakukan bukanlah bersembunyi atau meratapi kelemahan diri. Tindakan yang harus segera diambil adalah segera mengambil keputusan bulat dan radikal, dengan hati yang tidak mendua, untuk melaksanakan segala sesuatu yang mungkin untuk mengarahkan diri pada kehendak Allah. Persis inilah yang ditegaskan Yesus di akhir dialog. “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Lukas 9:61). Saat datang angin kuat, layar harus segera dikembangkan dan perahu harus segera bertolak ke samudera. Jika tidak, angin akan terlanjur pergi. Akibatnya, perahu tidak dapat berangkat dan tidak akan pernah sampai pada tujuannya.***