Pada umumnya, kita memahami bahwa setiap orang yang dibaptis harus memilih satu nama orang kudus sebagai nama baptis. Padahal penggunaan nama baptis dari nama orang kudus itu tidak diharuskan, tetapi lazim dilakukan di Indonesia. Maka, kita sering mendengar nama-nama Katolik dengan sebutan bahasa Latin, “us” untuk laki-laki (misalnya Fransiskus) dan “a” untuk wanita (misalnya Fransiska). Selain itu, kita juga menjumpai nama-nama baptis berbau bahasa Inggris, Spanyol, Portugis, atau Prancis, misalnya James, Dominico, Fernandes, Angelique. Walau demikian, kadang kita menjumpai orang Katolik tanpa nama baptis. Hal ini terjadi pada seorang yang telah dibaptis dalam Gereja Kristen yang pembaptisannya diakui sah oleh Gereja Katolik menjadi Katolik, tidak perlu dibaptis lagi hingga tidak memakai nama baptis.
Hukum Kanonik sendiri menulis bahwa: “Hendaknya orangtua, wali baptis dan pastor paroki menjaga agar jangan memberikan nama yang asing dari citarasa kristiani” (Kan 855). Walau tidak wajib, kita dianjurkan mencari nama baptis yang memiliki citarasa kristiani. Di situ tidak dituliskan suatu keharusan. Yang penting kalau memberi nama baptis, nama tersebut masih memiliki warna atau makna kristiani. Jangan sampai nama baptis itu asing dari dunia Kristiani apalagi bertentangan dengan khazanah Kristiani, misalnya Diabolus yang berarti setan. Walau pemberian nama baptis itu tidak harus, tetapi sangat lazim. Beberapa orang pun dibaptis tanpa nama baptis, tetapi menggunakan nama lahirnya yang sudah berwarna Kristiani, misalnya Kristian yang tidak mengacu pada nama orang kudus tertentu. Ada orang juga orang yang dibaptis dengan dua nama orang kudus, seperti Pierre-Paul (Petrus-Paulus).
Walau tidak diharuskan, nama baptis yang berasal dari nama orang kudus tentu sangat bermakna secara rohani dalam pertumbuhan iman sebagai seorang pengikut Kristus. Kita percaya dengan nama baptis orang kudus entah memilih sendiri atau dipilihkan orang lain, misalnya orang tua atau orang tua baptis bahwa orang kudus tersebut memberi perlindungan khusus melalui doa-doanya. Di samping itu kita juga hendak meneladan keutamaan Kristiani atau talenta khusus orang kudus tersebut. Tentu kita diharapkan mengenal orang kudus yang menjadi nama baptis dan pelindung kita dengan membaca sejarah hidup dan kesaksian imannya. Orang kudus tersebut telah berhasil mewujudkan imannya pada Kristus dan komitmennya sebagai murid Kristus denga kehidupan yang suci dan kesaksian yang luhur.
Kenyataannya ada orang yang tidak mengenal orang kudus yang menjadi pelindung dan nama baptisnya. Kini ada buku Orang Kudus Sepanjang Tahun dalam bahasa Indonesia yang disusun oleh Mgr. Nicolas Martinus Schneiders, CICM dan diterbitkan Obor. Yang baru terbit adalah edisi revisi dengan tambahan orang kudus baru: Beato Torello, Santo Yohanes dari Avila, Santo Josemaria Escriva, Santa Teresa dari Kalkuta, Santo Andreas Kim Taegon, Martir ; Santo Paulus Chong Hasang, Martir, dan Para Martir Korea, Santo Padre Pio dari Pietrelcina, Santo Yohanes XXIII, Paus, Santo Yohanes Paulus II, Paus, Santo Guido Maria Conforti, Uskup. Dalam keterangannya Obor membahasakan Dokumen Lumen Artikel no. 50: “Di dalam kehidupan para kudus, Tuhan menyatakan kehadiran-Nya dengan cara yang nyata. Sebab, walaupun mereka itu insan sama seperti kita, namun mereka sudah lebih serupa dengan Yesus Kristus. Di dalam mereka Tuhan bersabda kepada kita dan memberikan tanda kerajaanNya. Kita akan sangat tertarik pada kerajaan itu karena melihat para saksi yang tak terbilang jumlahnya yang memberikan bukti yang menyakinkan tentang kebenaran Injil.” Di dalam buku ini hampir setiap hari ada orang kudus dan terkadang dalam sehari ada lebih satunornag kudus. Buku ini bagus bukan hanya untuk mengenal orang kudus yang menjadi pelindung dan nama baptis kita saja, tetapi juga menjadi bacaan rohani untuk merenungkan kehidupan para murid Kristus yang dalam imannya dan unggul komitmennya. Di samping buku tersebut, kita bisa mencari orang kudus lainnya sebagaimana ditulis secara online (internet).
Kadang ada orang yang datang meminta nama baptis. Ada beberapa kriteria pemilihan nama baptis. Pertama, dengan nama menggunakan nama baptis orang kudus tertentu, yang bersangkutan diharapkan bertumbuh sebagai murid Kristus sebagaimana orang kudus tersebut telah menjadi serupa seperti Kristus. Kedua, orang memilih nama orang kudus yang tanggal pestanya sama dengan tanggal kelahiran yang bersangkutan atau setidaknya sama bulannya, misalnya nama Agustinus karena lahir pada 28 Agustus (Hari Pesta Agustinus) atau pada bulan Agustus. Ketiga, orang memilih atau dipilihkan nama baptis yang kalau dipadankan dengan nama aslinya enak terdengar. Tentu hal ini kiranya tergantung dari selera orang. Tentu di samping itu ada orang yang dipilihkan nama baptis tanpa tahu asal-usul orang kudus.
Saya dibaptis dengan nama baptis Antonius. Waktu di seminari menengah, ada kebiasaan saling memberi selamat atas pesta pelindung (nama baptis). Dalam liturgi Gereja, ada dua nama Antonius, yaitu Antonius Abas pada 17 Januari dan Antonius Padua pada 13 Juni. Saya ditanya tentang siapa santo pelindungnya. Saya tanya pada ornag tua yang memberi nama baptis beberapa bulan setelah kelahiran, tetapi mereka tak tahu Antonius mana. Malah bertanya memang ada berapa Antonius. Saya mencoba membaca riwayat Antonius Abas dan Antonius Padua. Saya ingin mengikuti teladan Santo Antonius Padua, sang Pengkotbah ulung. Maka, sejak 40 tahun lalu saya menentukan nama baptis yang diberikan oleh orang tua 55 tahun lalu adalah Antonius Padua. Menurut pengalaman hingga kini, bakat yang dimiliki Antonius Padua itu juga rupanya dianugerahkan Allah pada saya, di mana saya bersukacita dan penuh semangat saat berkotbah.
Rupanya nama baptis adalah sebuah doa, di mana kita berharap menjadi seperti atau setidaknya memiliki sebagian dari keutamaan orang kudus yang namanya menjadi nama baptis atau santo/santa pelindung kita. Dengan nama baptis, kita juga diingatkan selalu untuk hidup sebagai murid Kristus sesuai dengan teladan pelindung kita yang nyata-nyata telah berhasil hidup menyerupai Kristus. Marilah kita mendalami dan merenungkan kehidupan orang kudus yang menjadi pelindung kita hingga kita pun makin berkembang sebgai murid Kristus. Bagi mereka yang tidak memiliki nama baptis yang berasal dari orang kudus, kiranya baik juga meminta doa dan perlindungan khusus pada orang kudus tertentu sebagai teladan iman yang juga menjadi doanya.
Ut diligatis invicem,
Antonius Subianto Bunjamin OSC