Ormas Katolik: Sayap Komitmen Kebangsaan

Gereja lahir untuk kesejahteraan manusia dan keselamatan dunia melalui berbagai karya kemanusiaan, yaitu bidang kerohanian, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan karitatif serta kepedulian pada lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan sesuai dengan konteks di mana Gereja hadir dan berkembang. Gereja ada di tengah-tengah dunia dan menjadi bagian dari kehidupan dunia yang terarah kepada kehidupan surga.

Untuk itulah Gereja harus dekat dan akrab dengan dunia dan manusia, terutama yang mereka membutuhkan pertolongan. Itulah juga yang menjadi pesan kalimat pertama dari Konstitusi Pastoral Gaudium et spes. “Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan orang- orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka.” (GS 1)

Sebagaimana kita pahami bahwa Gereja berkarya baik missio ad intra, ke dalam komunitas Gereja sendiri sebagai Tubuh Mistik Kristus melalui pelayanan sakramental dan pastoral demi perkembangan iman dan komitmen umat beriman maupun missio ad extra, ke luar menuju dunia sebagai ranah kehidupan yang diatur melalui sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan dalam batas- batas bangsa dan negara. Dua sayap karya ini memiliki urgensi dan signifikasi masing-masing yang perlu diwujudkan lewat karya nyata. Kaum awam dipanggil berpartisipasi dalam kedua misi tersebut sesuai dengan fungsi dan posisi masing-masing di dalam Gereja dan di tengah masyarakat.

Untuk itulah karya kemasyarakatan dan kebangsaan mendapat tempat juga dalam Gereja. Secara istimewa Konferensi Waligereja Indonesia menerbitkan Nota Pastoral 2018 yang berjudul “Panggilan Gereja dalam Hidup Berbangsa – Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan.” Nota yang dibuat dalam rangka persiapan Tahun Pemilu 2019 tersebut diterbitkan untuk mengajak umat agar mau terlibat secara proaktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bagaimana menjadikan seorang Katolik yang relevan bagi kehidupan berbangsa dan bagaimana berperan signifikan dalam kehidupan bernegara dengan mau dan mampu menduduki jabatan/pelayanan publik.

Melalui aktivitas kaum awam, Gereja Katolik hendak mewujudkan kesatuan dan mengupayakan keadilan- perdamaian serta merawat keutuhan bangsa Indonesia. Peranan kaum awam dalam keteribatan secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah bagian dari tugas perutusan Gereja untuk menyucikan dunia.

Kelahiran dan kehadiran organisasi masa Katolik adalah salah satu wujud komitmen Gereja untuk menyucikan dunia. Kita bersyukur dengan adanya beberapa ormas Katolik, yaitu Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI, 1924), Pemuda Katolik (PK, 1945), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI, 1947), Ikatan Sarjana Katolik (ISKA, 1964), dan Vox Point Indonesia (VPI, 2016). Di samping itu ada juga Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI, 1998). Semua organisasi kemasyarakatan Katolik Indonesia ini terutama bergerak di bidang sosial- politik kemasyarakatan dengan keunikan masing-masing entah melalui kegiatan intelektual, sosial, kultural, maupun politik.

Organisasi massa Katolik Indonesia sesungguhnya adalah sayap komitmen Gereja dalam menyucikan dunia melalui kegiatan kemasyarakatan dan kebangsaan Indonesia. Pada kenyataannya, masih ada ormas Katolik yang pelayanannya di sekitar Gereja atau dalam Gereja. Ini tidak buruk. Ini bagus juga. Namun, apa bedanya dengan komunitas Katolik lain yang bergerak di bidang rohani dalam pelayanan ad intra? Maka, inilah saat yang tepat untuk memposisikan kembali ormas Katolik dalam pelayanan ad extra.

Melalui namanya, ormas Katolik Indonesia ini dipanggil untuk mewujudkan nilai-nilai Katolik yang searah dengan nilai-nilai Pancasila. Inilah panggilan menjadi seorang Katolik yang sungguh-sungguh memahami dan mengimani ajaran Katolik serta mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang tiada lain adalah bagaimana mengkonkretkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Para anggota ormas Katolik dipanggil untuk memiliki kedalaman iman agar dapat sungguh mewujudkan komitmen kehidupan Pancasilais. Bagaimana seorang Katolik dapat menghadirkan Gereja yang relevan dan signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kalau ia sendiri tak mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan kedalaman iman Katolik yang memadai?

Untuk itulah pendalaman iman Katolik bagi para anggota ormas Katolik adalah suatu yang sangat penting. Jangan sampai ada anggota ormas Katolik yang berativitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tak mewujudkan nilai-nilai Katolik hingga hidupnya tak sesuai juga dengan nilai-nilai Pancasila yang bisa merugikan bangsa dan negara serta mencederai keadilan sosial dan kesatuan bangsa.

Gereja mendukung keberadaan organisasi massa Katolik sebagai tempat formasi orang Katolik dalam karya pelayanan sosial, ekonomi, dan politik yang langsung berhubungan dengan karya misi ad extra Gereja, yaitu bagaimana menggarami masyarakat dan menerangi dunia. Di situlah ormas Katolik dapat turut serta menyucikan dunia. Agar dapat memenuhi harapan dan perutusan Gereja ini, ormas Katolik sepantasnya membantu pendidikan iman para anggotanya agar komitmen karya dan pelayanannya pun sesuai dengan nilai-nilai Injil.

Meminjam kata-kata Sri Paus Fransiskus yang menggambarkan kehidupan St. Fransiskus yang mengembangkan persaudaraan dengan apapun dan siapapun, kita perlu hidup seperti St. Fransiskus yang beraromakan Injil. Bagaimana kita bisa menyucikan dunia sesuai harapan Gereja kalau hidup kita sendiri tak beraromakan Injil. Jangan sampai ormas Katolik mengabaikan pendidikan iman ini sehingga organisasi menjadi lebih bersifat sekular; mengandalkan kekuatan duniawi. Kalau demikian apa yang membedakan menggunakan nama Katolik dan bukan Katolik? Ada banyak ormas bukan Katolik pun yang bagus, di mana orang Katolik bisa turut terlibat aktif bahkan menjadi orang yang relevan dan signifikan.

Agar ormas Katolik sungguh menjadi sayap pelayanan ad extra Gereja yang menunjukkan komitmen kebangsaan Gereja, pantaslah ormas Katolik mengenal Gereja dan setia pada ajaran- ajarannya. Maka, kalau ada ormas yang menamakan diri Katolik, ormas tersebut harus sungguh-sungguh Katolik (100 % Kristiani) dan sungguh- sungguh Indonesia (100% Pancasilais) Dengan kata lain, bagaimana mungkin ormas Katolik bisa sungguh menjadi sayap pelayanan sosial politik Gereja kalau tidak dekat dengan Gereja. Semoga kaum hierarki pun memberi hati, budi, dan energi untuk perkembangan baik ormas Katolik sebagai sayap komitmen Gereja dalam bidang kemasyarakat dan kehidupan berbangsa sebagaimana ditekankan Lumen Gentium “Hendaklah para Gembala hierarkis mengakui dan memajukan martabat serta tanggung jawab kaum awam dalam Gereja. Dan hendaklah mereka diberi kebebasan dan keleluasaan untuk bertindak; bahkan mereka pantas diberi hati supaya secara spontan memulai kegiatan-kegiatan juga.” (LG 37). ***