Pelayanan Tulus: Dedikasi Tanpa Menutut Publikasi

Pelayanan Tulus: Dedikasi Tanpa Menutut Publikasi


Pengakuan adalah salah satu yang dicari dan dinanti setiap orang entah sadar maupun tak sadar. Pengukuan dikaitkan dengan harga diri. Tak heran kalau orang yang tidak diakui merasa tidak dihargai hingga ia bisa kecewa (dalam hati dan budi), bahkan marah besar (dalam kata dan tindakan): “Memang saya ini siapa? Tidakkah orang tahu bahwa saya telah berkorban banyak demi suksesnya acara ini dan demi berhasilnya orang itu? Di mana rasa terimakasihnya; mengapa tidak disebut dalam deretan apresiasi? Di mana penghargaannya; mengapa tidak ditayangkan dalam layar dan ditampilkan dalam publikasi?” Bisa jadi, kita kaget mendengar segala omongan itu karena tak menduga bahwa orang tersebut menuntut pengakuan, sementara tampaknya ia melayani dengan tulus dan bekerja dengan iklas.


Dalam kehidupan dengan berbagai kegiatannya, ada macam-macam peran yang dibutuhkan agar kehidupan berlangsung baik dan kegiatan berjalan sesuai rencana. Berbagai peran saling menglengkapi satu sama lain yang tanpa salah satunya, kehidupan akan berjalan pincang dan kegiatan akan terasa timpang. Ada sesuatu yang kurang. Meski semua peran dibutuhkan, tetapi tidak semuanya mempunyai fungsi dan posisi sama. Ada yang tampak jelas dan menonjol, tetapi ada juga tak terlihat, bahkan tersembunyi. Ada peran utama, tetapi ada juga peran pembantu atau figuran. Ada orang yang bekerja di depan panggung, tetapi ada juga yang berkarya di balik layar. Yang penting adalah orang menyadari tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya masing-masing agar semua berjalan dengan harmoni sesuai rencana dan cita-cita.


Santo Paulus menggambarkan situasi keberagaman fungsi dan posisi dalam Tubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja dalam 1Kor 12: 1-31. Agaknya ada perselisihan di antara umat Korintus yang mengancam persatuan, di mana orang saling membanggakan diri dan mencari pengakuan. Maka, Paulus mengingatkan mereka akan kenyataan sebagai satu Gereja, di mana setiap orang dianugerahi karunia yang berbeda-beda demi kepentingan bersama, yaitu Gereja sesuai dengan kehendak Roh Kudus. “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.” (1Kor 12: 4-7) Hal ini ditegaskan kembali dengan kenyataan bahwa Gereja itu terdiri dari banyak anggota, tetapi merupakan satu tubuh yang tak terpisahkan. Dengan sangat sederhana Paulus memberi contoh. “Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?” (1Kor 12: 5) Allah memanggil kita dan memberi peran khusus kepada kita sesuai dengan kehendakNya. Yang penting, bagaimana kita menjalankan peran yang dipercaya Allah kepada kita dalam kesatuan GerejaNya.


Dalam Gereja lokal, entah tingkat keuskupan atau paroki, ada peran-peran yang dipercayakan kepada umat untuk menggembalakan Gereja. Mulai dari uskup sebagai gembala utama di keuskupan yang dibantu oleh kuria, dewan karya pastoral, dan komisi-komisi hingga para imam sebagai pastor di paroki atau institusi yang dibantu oleh dewan pastoral paroki atau para pengurusnya. Di samping mereka yang perannya tampak jelas dan pribadinya sering tampil dipublik sesuai dengan fungsinya, ada banyak peran (orang) yang tidak tampak hingga tak dikenal. Semua orang berjasa yang tanpa salah satunya akan terasa timpang.


Dalam perayaan ekarisiti, ada peran yang menonjol hingga orang bisa melihat siapa dia dan langsung bisa mengevaluasi perannya, misalnya lektor, pemazmur, dirigen, koor, putra-putri altar, asisten imam, kolektan dan among tamu. Tim keamanan dan sie liturgi kadang kelihatan, dan kadang tak tampak. Kalau liturgi berlangsung dengan bagus, orang pun langsung memberi apresiasi. Di balik layar, ada orang yang bekerja membantu ekaristi berlangsung hikmat, yaitu pelayan kebersihan, pengkhias bunga, kelompok koster, dan peran lain sesuai dengan situasi lokal masing-masing. Terkadang mereka semua butuh apresiasi dan pengakuan. Tak sedikit orang kecewa kalau ada deretan ucapan terimakasih, tetapi ternyata seseorang atau sekelompok orang tak disebutkan perannya. Namun, tak sedikit juga orang entah yang tampil di panggung maupun berkarya di balik layar tak mau ditonjolkan dalam apresiasi dan tak mau ditampilkan dalam publikasi. Bagi mereka, pelayanan sudah merupakan anugerah dan upah, karena pelayanan adalah persembahan kepada Allah dan bakti kepada Gereja.


Di tingkat Keuskupan (Bandung), selama masa pandemi Covid-19, ada beberapa pihak yang tidak minta diapresiasi, patut kita hargai. Tim Komsos Keuskupan Bandung berkarya di balik misa streaming sejak 22 Maret 2020 hingga hari ini yang didukung oleh tim pastores Gereja Katedral beserta Dewan Pastoral Paroki, Sie Liturgi, dan Komsos Katedral. Tim Pastoral Care Covid-19 Keuskupan Bandung beserta dengan Caritas dan Komisi PSE Keuskupan Bandung yang berkarya di balik penyediaan berbagai fasilitas penanganan pandemi dan kegiatan sosial-ekonomi sebagai ungkapan belarasa Gereja kepada umat dan masyarakat yang membutuhkan. Dewan Karya Pastoral beserta para karya Keuskupan dengan caranya yang unik masing-masing turut membantu penanganan wabah Corona ini, seperti menyediakan tempat isolasi mereka yang telah berkontak dengan orang yang terinfeksi virus Corona. Di Tingkat paroki, dewan pastoral paroki beserta umatnya juga terlibat banyak dengan cara yang khas sesuai dengan tuntutan setempat. Di balik kegiatan-kegiatan tersebut, ada juga banyak donatur dan relawan yang menopang berbagai kegiatan pastoral dan sosial. Akhirnya, di tingkat masyarakat ada banyak pihak yang berkarya di balik layar, seperti petugas kesehatan, kebersihan, keamanan, dan pelayan publik lainnya.


Selama ini, khususnya saat pandemi covid-19, peran apa yang sudah kita persembahan untuk Tuhan dan Gereja serta bagi umat dan masyarakat? Mari kita syukuri bahwa Allah berkenan mempercayakan peran tersebut kepada kita. Mari kita ucapkan terimakasih kepada mereka semua yang telah berperan entah di atas panggung atau di balik layar kehidupan dan kegiatan. Mari kita tingkatkan peran kita di mana pun entah ditonjolkan dalam deretan apresiasi atau ditampilkan publikasi karena pelayanan adalah persembahan kepada Allah dan bakti kepada umat dan masyarakat melalui Gereja.


Ut diligatis invicem,

Antonius Subianto B OSC