“MARKAS Besar TNI memiliki Pusat Pembinaan Mental (Bintal) yang menjadi bagian dari Badan Pelaksanaan Pimpinan (Balakpus) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi keseluruhan mental rohani integratif : rohani, ideologi Pancasila dan motivasi kejuangan. Ketiganya dipadukan dengan baik dalam Bintal Psikologi yang menjadi tugas dan fungsi Pusbintal TNI. Selain itu, ada pula Bintal fungsi komando mulai dari perwira pertama dan perwira menengah. Bekerja sama dengan Kodiklat TNI, ada pula kursus inti bintal (Susbintal) yang disejajarkan dengan Sekolah Komando (Sesko). Bagi yang sudah ikut susbintal tidak perlu mengikuti Sesko. Hal ini menjadi kesempatan bagi Bintal Rohani bagi TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara. Gerakan kami berbeda dengan Bintal matra darat, laut, udara (Disbintal AD, AU, AL). Pembinaan yang dilaksanakan di masing-masing matra dilaksanakan seperti biasa dalam bentuk retret dan rekoleksi. Dalam rekoleksi dan retret selalu ada konten yang lebih strategik.” Demikian papar imam militer Keuskupan Agung Jakarta, RD Yos Bintoro menjelaskan secara lengkap peran pusat pembinaan mental (Pusbintal) yang menjadi panitia pelaksana kegiatan rekoleksi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang saat ini berpangkat kolonel ini.
Pusbintal mengundang para perwira tinggi dan menengah yang berkaitan dengan penyiapan penggunaan kekuatan serta melibatkan pula para aparat sipil negara (ASN). Kegiatan ini bertajuk “Pengajaran dan Pendalaman Iman Katolik dalam rangka Penanaman Rasa Cinta Tanah Air dan Penghormatan terhadap Martabat Manusia sebagai Prajurit Sapta Marga” diselenggarakan di Pondok Mitra, Pratista Bandung Barat (21-22/7/22) yang dihadiri 30 prajurit TNI - Polri dan ASN.
Pastor Yote begitu ia biasa disapa yang saat ini menjabat sebagai Wakil Uskup Keuskupan Militer atau dikenal dengan Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI) dan salah satu Kepala Bagian di Pusbintal TNI menjelaskan bahwa materi pembinaan berkaitan dengan hubungan antara iman dan cinta tanah air. Pribadi yang peduli dalam mengusung martabat manusia yang menjadi wajah religiositas: Mencintai Allah dan Mencintai Manusia. Patriotisme dibangun bukan hanya seputar tanah air, melainkan dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh: kepedulian atasan kepada bawahan, keluarga, masyarakat. Hal itu yang dihidupi prajurit Sapta Marga. Marga pertama sampai ketiga berbicara sebagai warga negara (warga negara, patriot dan satria), sedangkan marga keempat sampai ketujuh adalah disiplin militer. Semuanya telah mengusung martabat manusia. Selain pembinaan dan penyuluhan, ada pula progam perawatan (konseling), perhatian bagi yang kesulitan ekonomi dengan koperasi, bantuan kemanusian, dan konsultasi keluarga. Perawatan mental rohani dengan ibadat. Diharapkan paduan antara yang telah disiapkan, tata kelola yang baik, serta menghadirkan kasih Tuhan dapat terlihat nyata dalam pendampingan dari tingkat pimpinan hingga ke para bawahan.
Berhubung pertemuan ini di tingkat strategik, narasumber yang diundang adalah Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo sebagai Uskup Keuskupan Militer Indonesia, Ketua KWI dan Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta yang menyampaikan spektrum kebangsaan Indonesia, serta menghadirkan suasana masyarakat metropolis, anonim, bermobilitas tinggi dan bagaimana merefleksikan masyarakat sekuler Jakarta.
Narasumber kedua adalah Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, Uskup Bandung dan Sekjen KWI yang memberikan masukan tentang Passion for Others dalam menentukan panggilan Tuhan untuk bertindak, menjadi pribadi yang semakin mengasihi, peduli dan bersaksi. Bandung dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan ini karena dianggap strategis, mudah dijangkau juga memudahkan koordinasi karena TNI dan Polri memiliki banyak institusi kegiatan pendidikan di wilayah Bandung.
Narasumber ketiga adalah RD Yos Bintoro sebagai wakil uskup/vikjen yang menghadirkan keuskupan di lingkungan TNI Polri (OCI) untuk menjadi satu tata kelola yang dihidupkan. Sejak tahun 1949, saat bulla Paus Pius XII diterbitkan (pada masa Mgr. Soegijapranata), baru sekarang ini tata kelola disiapkan. Sebelumnya, hanya bagi para pastor saja. Sekarang tata kelola itu melibatkan umat, para pengurus untuk semakin dihidupkan. Semoga menjadi satu berkat untuk simbol kehadiran Gereja Katolik untuk bangsa Indonesia di lingkungan TNI-Polri. ***
Edy Suryatno