"Akulah pintu, siapa yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan," demikian tulisan yang tertera di atas Pintu Suci di Paroki Kristus Sang Penabur Subang. Pintu Suci (Porta Sancta) di paroki Subang adalah pintu terakhir yang dibuka dalam rangkaian pembukaan Sembilan Pintu Suci di Keuskupan Bandung guna menyambut Tahun Yubileum Biasa 2025. Pintu ini juga merupakan pintu baru setelah paroki Subang mengganti pintu lama yang telah rusak. Pintu didesain khusus oleh pastor paroki yaitu R.D. F.X. Sigit. Setyantoro dan dibantu oleh R.P. Aloysius Supandoyo, OSC.
Misa dirayakan dipimpin oleh Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC dan 12 imam. Kedua belas imam tersebut adalah imam yang sedang bertugas maupun yang pernah bertugas di Paroki Kristus Sang Penabur Subang, para imam Sedekanat Pantura, dan Kuria Keuskupan Bandung. Misa dihadiri sekitar 1,200 umat baik yang merupakan umat Paroki Subang maupun peziarah. Berbeda dengan Misa Pintu Suci lainnya, misa yang dirayakan pada Selasa, 18 Februari 2025 juga sekaligus misa pemberkatan pintu, sedilia, ambo, dan tahbisan altar. Misa ini juga bertepatan dengan Peringatan Hari Ulang Tahun Pemberkatan Gedung Gereja Pertama yang pembangunannya dirintis oleh B. Beatubun, A. Lebis, J. M. Bangoe, Tjio Sam Tek, F. Voogt, dan K. Sadinoch. Gedung gereja pertama sendiri diberkati pada Hari Minggu Sexagesima atau Hari Minggu Sang Penabur pada tanggal 18 Februari 1968 yang menjadi cikal bakal nama paroki yaitu Kristus Sang Penabur.
Menjelang perayaan misa, para panitia dibayang-bayangi kekhawatiran akan cuaca yang kurang bersahabat. Sejak pk. 15.00 WIB, Subang diguyur hujan lebat hingga menjelang misa. Misa dimulai pk. 18.30 WIB tepat dan menjelang misa dimulai, hujan sudah berhenti. Perarakan dimulai dari depan gedung gereja pertama yang telah dialihfungsikan menjadi aula menuju ke depan pintu utama gedung gereja baru yang menjadi Pintu Suci. Seluruh umat yang hadir ikut berarak dan masuk melalui Pintu Suci dengan tertib. Mengantisipasi terjadi desak-desakan ketika masuk melewati Pintu Suci, umat yang hadir dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan zona tempat duduknya yang ditandai dengan stiker warna yang dikenakan di pakaian. Selanjutnya, petugas yang bertanggungjawab atas zona tersebut akan mengantarkan umat agar dapat menuju tempat duduk setelah melalui Pintu Suci.
Misa berlangsung kurang lebih hingga dua jam lalu ditutup dengan pemotongan tumpeng serta penandatanganan prasasti. Selanjutnya, umat diarahkan menuju ke tempat konsumsi untuk menikmati kudapan berupa makanan rebus dengan menu khas perayaan Hari Pangan Sedunia di paroki Subang. Sementara itu, uskup dan para imam menikmati kegiatan serupa di Pastoran Paroki Subang. (fr. David)