Sebagai tanggapan positif terhadap keinginan para Bapak Konsili Vatikan II untuk menghidupi roh kolegialitas, yaitu semangat kebersamaan yang dialami selama Konsili, pada 15 September 1965, Sri Paus Paulus VI menetapkan adanya Sinode Para Uskup. Sidang Biasa Sinode Para Uskup ini diselenggarakan di Roma setiap tiga tahun dimulai dengan Sidang Biasa I Sinode pada 29 September - 29 Oktober 1967 dengan tema: "Pelestarian dan penguatan iman Katolik, integritas, kekuatan, perkembangan, serta koherensi doktrinal dan historisnya” Sedangkan Sidang Biasa XV Sinode yang terakhir dilangsungkan pada 3-28 Oktober 2018 dengan tema “Kaum Muda, Iman, dan Diskresi Panggilan”. Di samping Sidang Biasa, ada juga Sidang Luar Biasa misalnya seperti terjadi pada 5-19 Oktober 2014 dengan tema “Tantangan Pastoral Keluarga dalam Konteks Evangelisasi” dan Sidang Khusus misalnya seperti terjadi pada 6-27 Oktober 2019 untuk Sinode Para Uskup Wilayah Pan-Amazon dengan tema “Amazonia: Jalan Baru untuk Gereja dan Ekologi Integral.” Kini kita memasuki proses Sidang Biasa XVI yang diselenggarakan secara tak biasa karena proses Sidang kini berlangsung 2 tahun (Oktober 2021 - Oktober 2023).
Sidang Biasa XVI Sinode para Uskup dibuka pada 10 Oktober 2021 oleh Sri Paus Fransiskus. Dalam homili misa pembukaan tersebut, Sri Paus mengingatkan tiga unsur penting dalam Sinode, yaitu perjumpaan, mendengarkan, dan diskresi. Dalam perjumpaan kita meluangkan waktu dan mengarahkan diri pada Tuhan dan sesama yang kita jumpai untuk mendengarkan Roh Kudus yang berbicara dalam diri sesama umat beriman hingga kita mampu berdiskresi sebagai tanggapan atas tantangan untuk mau dan mampu berubah menjadi lebih baik lagi. Seminggu setelah pembukaan resmi tersebut, pada 17 Oktober 2021 sebagai ungkapan sinodalitas, para Uskup di seluruh dunia sebagai gembala utama Gereja lokal (partikular) dalam kebersamaan dengan Gereja Universal membuka Sinode di Keuskupan masing-masing. Proses di Keuskupan ini akan berlangsung hingga 29 Juni 2022 yang akan dilanjutkan dengan proses di tingkat nasional (KWI) hingga 15 Agustus 2022 sebagai batas terakhir pengumpulan laporan tingkat Nasional. Setelah itu, Sinode dilanjutkan ke tingkat kontinental (Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia, Oceania, Amerika Utara, dan Amerika Selatan) hingga Maret 2023 dan akan mencapai puncaknya dalam Sidang sekitara 4 minggu pada Oktober 2023.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sinode berasal dari kata Yunani, syn hodos, yang artinya jalan bersama-sama. Kiranya ini bukan sekedar ada bersama-sama dalam perjalanan, tetapi juga mengandung arti yang lebih dalam, yaitu sehati sejiwa dalam perjalanan iman; dalam perjiarahan iman di dunia ini menuju tanah air surgawi. Sinode bukan hanya kebersamaan badani saja, tetapi juga kebersamaan rohani. Hal ini mengingatkan kita akan cara hidup Gereja Perdana. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persektujuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa… Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.” (Kis 4: 42, 46-47). Maka, sinodalitas itu dipahami sebagai modus vivendi (cara hidup) dan modus operandi (gaya berkarya) Gereja.
Tema Sinode XVI ini adalah “Bagi Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Perutusan.” Dengan tema tersebut, Sri Paus Fransiskus mengajak seluruh Gereja merenungkan tema yang menentukan bagi hidup dan misinya: “Jalan sinodalitas inilah yang diharapkan Allah dari Gereja milenium ketiga.” (Dokumen Persiapan Sinode No. 1) Kita diundang untuk berjalan bersama-sama menuju suatu Gereja Sinodal, yaitu persekutuan yang sehati-sejiwa ikut terlibat dalam tugas perutusan mewartakan Injil. Untuk mewujudkan kebersamaan ini, Sri Paus Fransiskus ingin mendengarkan suara seluruh umat beriman, teristimewa yang selama ini terpinggirkan atau menyingkirkan diri karena situasi dan atau keadaan tertentu, misalnya orang miskin, orang yang tidak aktif, kaum muda, bahkan mungkin kaum perempuan yang di beberapa tempat masih mengalami diskriminasi. Tema Sinode ini diharapkan bukan hanya dibicarakan, tetapi juga sungguh dihidupi dalam prosesnya yang diawali di tingkat keuskupan. Proses Sinode tingkat Keuskupan yang tentunya melibatkan umat beriman di komunitas parokial dan kelompok kategorial akan memuncak dalam perjumpaan bersama Sidang Pra-Sinode. Laporan Sidang Pra Sinode dari 37 Keuskupan di Indonesia bersama dengan laporan dari Konferensi Pimpinan Religius Indonesia (Koptari) dan Asosiasi Filsafat Teologi Indonesia (AFTI) akan diserahkan ke KWI untuk disintesiskan sebagai laporan suara dan pengalaman sinodal Gereja Indonesia.
Pra Sinode Keuksupan Bandung telah dibuka di Gereja St. Petrus Katedral, Bandung pada misa konselebrasi Kuria Keuskupan Bandung pada Minggu, 17 Oktober 2021. Pada kesempatan ini, Dewan Karya Pastoral Keuskupan Bandung yang mewakili seluruh umat Keuskupan Bandung tampil ke depan untuk mengucapkan Doa Sinode secara bersama-sama. Setelah itu, proses sosialisasi dan diskusi di tingkat paroki segera dilaksanakan. Puncak Sinoda tingkat Keuskupan Bandung akan terjadi pada Sidang Pra Sinode pada bulan April 2022 seiring dengan perayaan 90 Tahun Keuskupan Bandung yang terjadi pada 20 April 2022.
Marilah kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada Sri Paus Fransiskus yang berkenan melibatkan kita semua dalam memikirkan hidup dan karya (misi) Gereja melalui tema Sinode yang relevan dan signikan bagi perjalanan Gereja ke depan. Semoga dengan keterlibatan kita dalam Sidang Biasa XVI Sinode Para Uskup, kita diingatkan kembali akan hakikat Gereja yang sehati-sejiwa dalam iman dan diteguhkan kembali akan komitmen kita yang telah dintyatakan dalam Sinode Keuskupan Bandung 2015 untuk Sehati-Sejiwa Berbagi Sukacita. Kiranya, proses Sinode para Uskup 2021-2023 ini meneguhkan arah dasar Keuskupan Bandung yang ingin terus menghidupi cara hidup dan karya Gereja Perdana sesuai dengan tantantan dan tuntutan yang ada di Bumi Parahayangan yang kita cintai ini.
Selamat bersekutu dan berpartisipasi dalam proses Sinode agar mampu ikut mewujudkan misi yang dititipkan Tuhan pada kita. Selamat berPra-Sinode! Marilah kita berjalan bersama sehati-sejiwa dalam persekutuan dengan komitmen melibatkan diri secara aktif dalam tugas perutusan mewartakan Injil.
Ut diligatis invicem,
+ Antonius Subianto B OSC