SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2012

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2012

Ekaristi Mempersatukan Kita

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VII, 18/19 Februari 2012)



Saudari-saudara, Umat Katolik Keuskupan Bandung yang terkasih dalam Kristus,

1. Hari ini merupakan Minggu terakhir sebelum kita memasuki masa Prapaskah, yaitu masa tobat sebagai persiapan kita merayakan Paskah. Dahi kita akan ditandai dengan abu pada hari Rabu Abu yang akan datang, sebagai tanda dimulainya masa tobat itu. Kita semua tahu bahwa abu yang ada pada dahi kita mengingatkan betapa rapuh dan lemahnya kita. Untuk itu, selama masa Prapaskah, kita secara khusus diajak untuk membawa kelemahan dan kerapuhan itu di hadapan Tuhan dengan niat untuk bertobat. Kita datang kepada Tuhan dengan kedosaan dan ''kelumpuhan'' kita seperti seorang lumpuh yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Dia dibawa datang kepada Yesus dengan harapan bahwa dia akan disembuhkan. Pada masa Prapaskah, kita juga memohon agar kesembuhan dan kehidupan baru dianugerahkan kepada kita melalui pertobatan kita dan pengampunan Tuhan.

2. Masa Prapaskah tahun ini juga kita jalani dengan semangat syukur atas ulang tahun Keuskupan Bandung yang ke-80. Kita juga telah menetapkan bahwa tahun 2012 merupakan Tahun Ekaristi yang mengajak kita untuk semakin menghayati misteri Ekaristi sebagai peristiwa penebusan dan pengampunan Tuhan. Dengan demikian, Tahun Ekaristi menjadi cara kita menyukuri rahmat penyertaan Tuhan selama 80 tahun bagi keuskupan kita yang tercinta. Oleh karena itu, tema Aksi Puasa Pembangunan 2012 Keuskupan Bandung, yang merupakan tema pertobatan kita, mengajak kita semua untuk merenungkan secara khusus Ekaristi sebagai peristiwa yang mempersatukan kita. Bahan-bahan dengan tema tersebut telah disiapkan dan dibagikan ke setiap sekolah, paroki, dan komunitas-komunitas kita. Bahan-bahan tersebut dapat kita pakai sebagai bahan renungan rohani selama 40 hari masa Prapaskah, baik secara pribadi maupun bersama di sekolah, lingkungan, dan komunitas kita.


Saudari-saudara yang terkasih,

3. Di dalam Ekaristi, Yesus mempersatukan kita sebagai satu jemaat yang diundang ke dalam perjamuan-Nya. Kita yang berbeda satu sama lain, baik dalam hal suku, budaya, status sosial, ekonomi, maupun politik dihimpun oleh Tuhan dalam Sabda-Nya dan dipersatukan dengan kurban diri-Nya. Ini berarti bahwa kita dipanggil untuk berendah hati menerima saudari-saudara kita yang berbeda sehingga perbedaan itu tidak menjadi hambatan untuk membangun persaudaraan. Di tengah kehidupan kita yang banyak diwarnai dengan dendam dan kebencian, Ekaristi juga merupakan kesempatan kita untuk berdamai dan menerima kembali orang-orang yang bersalah; seperti halnya Tuhan juga telah mengampuni dan menerima kita dalam perjamuan-Nya. Kerendahan hati akan menjadi kekuatan kita melawan godaan untuk berkuasa dan membalas dendam, sekaligus kekuatan kita untuk menyapa dan mengampuni. Dengan demikian, perayaan Ekaristi akan melahirkan persaudaraan dan kerukunan yang merupakan buah dari kerendahan hati, pengampunan, dan pertobatan kita.

4. Kerendahan hati merupakan pintu menuju pengampunan dan persaudaraan. Selanjutnya, buah dari pengampunan dan persaudaraan itu adalah kehidupan baru yang terjadi pada saat kita disembuhkan dari luka-luka akibat permusuhan dan perbedaan. Kehidupan baru semacam ini mempersyaratkan kita untuk tidak lagi mengingat-ingat kesalahan masa lalu yang membuat kita terjebak di dalam kebencian dan niat untuk membalas dendam. Bacaan Kitab Suci dari Kitab Nabi Yesaya pada hari ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam masa lalu. ''Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu . . . lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru.'' (Yes 43:18-19) Tuhan telah membuat sesuatu yang baru dalam hidup kita, yaitu anugerah pengampunan dan penebusan. Dengan anugerah pengampunan itu, Tuhan tidak lagi mengingat dosa dan pelanggaran kita di masa lalu. (bdk. Mzr 25:7) Seperti air yang memancar di padang gurun dan seperti sungai di padang belantara, (bdk. Yes 43:20) demikianlah pengampunan itu akan mengalirkan harapan dan kehidupan baru bagi kehidupan kita yang gersang karena dosa dan kesalahan.

5. Demikian pula, pertobatan akan membawa kita pada kehidupan baru. Kerendahan hati, sekali lagi, menjadi kekuatan untuk bertobat, yang mendorong kita datang kepada Tuhan dan sesama kita untuk mengakui segala dosa dan kesalahan. Namun, dengan rendah hati kita harus mengakui bahwa sering kali kita terlalu lemah untuk berani datang meminta maaf, mengakui kesalahan dan memohon ampunan. Dalam situasi seperti ini, kita perlu dikuatkan dan diteguhkan. Kita tidak bisa sendirian, melainkan memerlukan dukungan saudari-saudara kita, yaitu orang-orang yang rela menguatkan dan membantu kita. Sabda Injil hari ini mengingatkan kita betapa pentingnya kehadiran dan dukungan orang-orang di sekitar kita pada saat kita lemah. Orang-orang datang kepada Yesus membawa seorang lumpuh. Yesus melihat iman mereka dan berkata: ''Hai anakku, dosamu sudah diampuni.'' (Mrk. 2:3-5) Orang lumpuh itu tidak datang sendirian, tetapi dihantar oleh orang banyak. Kerendahan hati harus ditandai dengan kemauan kita untuk mengakui kelemahan dan menerima pertolongan orang lain untuk menuju kesembuhan dan pertobatan.

6. Kita datang ke dalam perayaan Ekaristi bukan dengan kekuatan dan kebesaran kita, namun dengan kerendahan dan kelemahan. Kita datang bersama, seperti orang banyak datang kepada Yesus, saling membantu dan meneguhkan. Semakin kita menyadari bahwa kita semua merupakan komunitas orang berdosa, semakin kita merasa perlu membangun komunitas peneguhan. Ekaristi hendaknya juga menjadi kesempatan kita untuk saling meneguhkan satu sama lain. Dengan cara demikian, pertobatan dan pengampunan yang kita alami sungguh merupakan peristiwa bersama yang pantas kita rayakan dan kita syukuri. Dengan demikian, pujian kita kepada Tuhan dan kemuliaan kepada Allah di surga hendaknya merupakan buah dari pertobatan kita. Kita pantas bersyukur dan memuji Allah atas keberanian kita untuk bertobat dan kerelaan kita untuk mengakui segala kesalahan. Kita pantas bersyukur bahwa kita telah berani menerima orang yang berbeda dengan kita dan mengampuni orang yang bersalah. Dan akhirnya, kita pantas bersukacita karena kita telah menjadi komuntas peneguhan. Dengan cara demikian, Ekaristi mengubah kita dari komunitas orang berdosa menjadi komunitas orang bersyukur karena pengalaman pertobatan dan pengampunan.


Saudari-saudara yang terkasih,

7. Marilah kita menjalani masa Prapaskah kita dengan niat untuk semakin bisa mewujudkan persaudaraan yang saling meneguhkan dan menerima satu satu sama lain. Kita wujudkan pertobatan kita dengan kehidupan baru yang diwarnai dengan kasih persaudaraan. Kita rayakan pengampunan Tuhan dengan memberi kehidupan baru lewat pengampunan bagi saudari-saudara kita yang bersalah. Selamat memasuki masa tobat, berkat Tuhan dan salam saya untuk segenap keluarga dan komunitas Anda.


Bandung, 7 Februari 2012


+Ignatius Suharyo
Administrator Apostolik Keuskupan Bandung