SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2021

HIDUP SEHAT: BELARASA PADA SESAMA

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2021 KEUSKUPAN BANDUNG

Dibacakan pada Misa Minggu Biasa VI, 13/14 Februari 2021


Saudara-Saudari yang terkasih,
Dalam Ensiklik, Fratelli Tutti yang berarti "Saudara-Saudari Semua" atau "Kita Semua Saudara" (FT, 3 Oktober 2020), Sri Paus Fransiskus mengajak kita untuk terlibat aktif dalam persaudaraan dan persahabatan sosial dengan siapapun sebagaimana dicontohkan St. Fransiskus Assisi yang menyapa siapapun bahkan apapun sebagai saudara dan saudarinya yang adalah ungkapan nyata dari kehidupan yang berdasarkan aroma injil. “Dengan cara yang sederhana dan langsung ini, St. Fransiskus mengungkapkan hakekat dari keterbukaan persaudaraan yang memungkinkan kita untuk mengakui, menghargai, dan mencintai setiap pribadi, tanpa tergantung pada kedekatan fisik, tanpa memperhatikan di mana dia dilahirkan atau berada.” (FT 1) Dalam konteks ini dan seiring tema Aksi Puasa Pembangunan 2021 “Semakin Beriman Semakin Solider: Membangun Ekonomi Solidaritas", di tengah pandemi Covid-19 kita memasuki masa Prapaskah pada hari Rabu Abu, 17 Februari 2021 sebagai kesempatan rahmat untuk semakin mau dan mampu mengakui, menghargai, dan mencintai sesama dengan citarasa Injil yang terungkap dalam sikap belarasa dan solider pada sesama, terutama yang membutuhkan bantuan.

Dalam Injil hari ini (Mrk 1: 40-45), seorang berpenyakit kusta menyadari bahwa dirinya sakit dan mengingini bahwa dirinya sembuh. Kerendahan hati mengakui bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya adalah jalan menuju kesembuhan. Bagaimana mungkin orang, yang dengan angkuh mengatakan bahwa saya sehat pahadal sakit, mau berobat. Si Kusta mengalami bahwa penyakitnya bukan hanya membuatnya tak nyaman, tetapi juga membuat orang lain tak aman. Penyakit kusta bukan hanya menggerogoti tubuhnya hingga rusak dan busuk, tetapi juga menyebabkan relasi dengan orang lain putus dan pupus. Ia dianggap tak layak hidup; dikeluarkan dari kehidupan berjemaat dan bermasyarakat. Maka, orang kusta itu mencari Yesus yang diyakininya bukan hanya dapat menyembuhkan tubuhnya dari kusta saja, tetapi juga dapat mendamaikan relasinya dengan sesama dan memulihkan hubungannya dengan Tuhan. Kesadaran akan kustanya dan keinginan untuk sembuh adalah tanda kepeduliannya bukan hanya pada kesehatan pribadi saja, tetapi juga pada keselamatan sesama. Keinginan dan usahanya untuk sembuh sebenarnya adalah ungkapan belarasa dan solider untuk terlibat dalam menciptakan kesejahteraan bersama yang lebih baik. Ia ingin sehat agar hidupnya menjadi berkat bagi sesama.

Kepedulian pada sesama mengantarnya pada Yesus: “Jika Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku!” Melihat kepeduliaan si Kusta pada keselamatannya sendiri yang menjadi jalan menuju kepedulian pada kesejahteraan bersama, Yesus yang penuh belarasa segera bertindak: “Aku mau, jadilah engkau tahir!” Ia pun tahir seketika, yaitu disembuhkan dari kusta, dipulihkan dari keterasingan sosial, dan ditebus dari dosa. Berkat kesembuhan tersebut, si Kusta bukan hanya dipulihkan martabatnya sebagai warga masyarakat, tetapi juga ditingkatkan kepeduliannya hingga dengan sukarela dan sukacita memberi kesaksian tentang kesembuhannya yang tidak mungkin terjadi kalau bukan disentuh oleh (Putera) Allah.

Saudara-Saudari yang terkasih,
Ketidakpedulian yang menjadi salah satu keprihatinan Sri Paus Fransiskus berjangkit bagai kusta yang menular atau kini bagai Covid-19 yang mematikan rasa persahabatan dan persaudaraan manusia. Sri Paus Fransiskus bersama dengan Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmad Al-Tayeeb menanda-tangani Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama di Abu Dhabi 4 Februari 2019. Sebagai gaung dari momen kemanusiaan itu, PBB mengumumkan bahwa sejak 2021, 4 Februari adalah Hari Persaudaraan Manusia Internasional. Hal ini membangkitkan kesadaran akan persahabatan dan persaudaraan manusia yang mendorong gerakan kepeduliaan melawan "kusta” dan “virus” ketidakpedulian.

Pertobatan yang diawali oleh kerendahan hati dengan mengakui bahwa saya sakit butuh berobat dan saya salah perlu bertobat adalah bentuk kepedulian pada kesehatan diri dan keselamatan sesama. Dengan pertobatan tersebut, orang mengalami makin dekat dengan Allah, makin betah dengan diri sendiri, makin akrab dengan sesama, dan makin peduli terhadap lingkungan. Pertobatan ini kini bisa diungkapkan melalui keterlibatan aktif dalam mengatasi pandemi Covid-19 dengan hidup sehat, bersih, rapih, dan peduli yang akan berefek positif pada kehidupan bersama serta mendukung berbagai program pemerintah, termasuk vaksinasi yang diyakini akan menyebabkan masyarakat sehat. Kalau masyarakat sehat, kehidupan ekonomi diharapkan berjalan dengan lebih baik.

Saudara-Saudari yang terkasih,
Marilah kita basmi kusta dan virus ketidakpedulian yang juga tampak dalam sikap sombong berlaga sehat merasa tak perlu berobat, berlaga saleh merasa tak harus bertobat. Marilah kita menjadikan masa Prasakah ini sebagai saat rahmat untuk menyadari apakah dalam diri kita ada kusta dan virus ketidakpeduliaan terhadap jeritan sesama yang membutuhkan bantuan serta terhadap keterlibatan kita dalam kesehatan masyarakat dan kesejahtaraan umum. Dengan hidup sehat, kita bisa lebih efektif dan efisien mewujudkan belarasa dan solidaritas kita. Bersama saudara dan saudari semua yang berkehendak baik, marilah kita meningkatkan kesadaran dan mengembangkan gerakan solidaritas sosial untuk turut serta membangun kehidupan ekonomi sebagai ungkapan belarasa.

Dengan matiraga dan puasa, kita makin sadar untuk mengontrol diri agar tidak menjadi ganguan bagi sesama. Dengan doa dan tapa, kita makin peka akan panggilan Allah untuk memulihkan kehidupan. Dengan amal dan kasih, kita makin mampu solider dengan sesama. Dengan kesadaran akan kelemahan dan kesalahan yang perlu dipulihkan Allah serta kemauan menjadi pewarta dan pelaksana belarasa yang peduli pada kehidupan ekonomi bersama, marilah kita datang pada Tuhan: “Jika Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku!” “Jika Engkau mau, Engkau dapat memulihkan kami dari pandemi Covid-19!” Jika, Engkau mau, Engkau dapat memulihkan persahabatan dan persaudaraan manusia!”


Bandung, 2 Februari 2021,
Yesus Dipersembahkan di Kenisah
Ut diligatis invicem

+Antonius Subianto Bunjamin OSC
Uskup Bandung



Dokumen Surat Gembala ini bisa didownload di sini:
Surat Gembala Prapaskah 2021 Keuskupan Bandung.pdf