Oratio Domini atau doa Tuhan yang sering disebut sebagai doa Bapa Kami selalu didoakan dalam Misa yang kita rayakan setiap hari. Doa Bapa Kami dalam perayaan Ekaristi merupakan bagian dari Liturgi Ekaristi khususnya Ritus Komuni. Setelah mendoakan Doksologi yang merupakan bagian akhir dari Doa Syukur Agung, Imam mengajak seluruh umat beriman untuk mendoakan Bapa Kami. Akan tetapi, di akhir doa Bapa Kami, tidak ada kata “Amin” karena doa Bapa Kami tersebut masih belum selesai, karena itu dilanjutkan dengan embolisme. Selain itu, doa Bapa Kami masih menjadi satu kesatuan dengan Ritus Damai. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kita akan mendalami tiga bagian utama ritus Bapa Kami secara khusus dalam Tata Perayaan Ekaristi (TPE) yang baru yakni TPE 2020. Ketiga bagian tersebut adalah: invitatio atau ajakan, Pater noster atau Bapa Kami, dan embolismus atau embolisme.
Invitatio
Bagian utama yang pertama dari ritus Bapa Kami adalah invitatio atau ajakan atau undangan untuk mendoakan Bapa Kami. Dalam rubrik TPE 2020 hlm. 225, dikatakan bahwa setelah piala dan patena diletakkan kembali, imam, dengan tangan terkatup, berkata: “Atas petunjuk Penyelamat kita, dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa”. Kata-kata ini menjadi satu-satunya ajakan dalam TPE 2020 sesuai dengan teks aslinya Missale Romanum (MR) 2008 meskipun dalam TPE 2005 ada 3 variasi ajakan doa Bapa Kami yang sekarang tidak dipakai lagi.
Invitatio orationis Domini atau ajakan Doa Tuhan memiliki dua aspek. Aspek yang pertama berupa pendasaran atau motivasi mengapa kita diajak untuk berdoa Bapa Kami sedangkan aspek yang kedua berupa seruan agar kita berani untuk mendoakan Bapa Kami. Santo Siprianus menyoroti aspek yang pertama dan menyebut ajakan doa Bapa Kami sebagai bentuk nasihat dan amanat ilahi yang berasal dari Kristus agar kita mendoakannya sesuai dengan ajaran-Nya. Oleh karena itu, ajakan berupa kata-kata petunjuk Penyelamat dan ajaran ilahi merupakan perintah yang kita lakukan sebagai pengikut Kristus. Santo Hieronimus justru menekankan aspek yang kedua yakni unsur keberanian kita sebagai umat beriman untuk mendoakan Bapa Kami.
Pater Noster
Bagian utama yang kedua dari ritus Bapa Kami adalah Pater noster atau Bapa Kami, yakni isi doanya sendiri. Doa Bapa Kami berdasarkan TPE 2020 sama dengan TPE 2005 dan tidak ada perubahan. Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri sehingga teks doanya dalam perayaan Ekaristi selalu menggunakan teks doa Bapa Kami yang resmi atau teks yang sudah disahkan oleh Gereja. Dalam doa Tuhan, umat beriman mohon rezeki sehari-hari. Bagi umat kristen, rezeki sehari-hari ini terutama adalah roti Ekaristi. Selain itu, umat juga memohon pengampunan dosa, supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Imam mengajak umat beriman untuk berdoa, dan seluruh umat beriman membawakan doa Bapa Kami bersama-sama dengan imam (bdk. PUMR 81).
Katekismus Gereja Katolik no 2759 mengatakan bahwa Bapa Kami adalah “Doa Kristiani yang fundamental”. St. Tertulianus menyebut doa Bapa Kami sebagai breviarium totius evangelii yakni rangkuman atau kesimpulan keseluruhan Injil yang didoakan tiga kali sehari (pagi, siang dan sore). St. Thomas Aquinas menyebut doa Bapa Kami sebagai doa yang sempurna sedangkan St. Ambrosius mengatakan doa Bapa Kami sebagai madah pujian yang luar biasa. St. Agustinus menjadikan doa Bapa Kami sebagai puncak dan kompendium Perjanjian Lama. St. Siprianus, St. Sirilus dari Yerusalem, dan St. Hieronimus mengatakan bahwa doa Bapa Kami didoakan sebagai Doa Tuhan pada hari Minggu, didoakan dalam Misa sebelum komuni, dan didoakan kalau ada perayaan kurban Tubuh Kristus.
Bapa Kami yang ada di surga menekankan dimensi intimitas yakni kata Abba sekaligus Mater. Selain itu, juga ditekankan dimensi “fraternitas universal” sehingga kita menyebut Bapa Kami, dan bukan Bapaku karena doa ini bukanlah doa individual.Tuhan mengajak para murid dan kita semua untuk menyadari bahwa kita semua adalah putra-putri Bapa sebagai satu saudara dan satu keluarga. Dengan mendoakannya, kita menjadi bagian dari Gereja, berada dalam Gereja, dan berdoa sebagai Gereja. Kata “di surga” menunjuk pada realitas ilahi yakni “Kerajaan Allah”.
Dimuliakanlah nama-Mu menekankan bentuk aktif dari Allah yang memuliakan nama-Nya (Yoh 12:28). Datanglah kerajaan-Mu menekankan dunia ini secara simbolis yang dikatakan sebagai “Kerajaan Allah” kalau ada keadilan, perdamaian, pengampunan, persaudaraan, dan kesejahteraan. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga menekankan Kehendak Tuhan dalam dua hal yakni kehendak moral sehingga manusia berperilaku dengan cara tertentu dan yang kedua, kehendak yang menyelamatkan yakni Allah berkarya dengan cara tertentu untuk menyelamatkan manusia dalam sejarah hidupnya.
Berilah kami rezeki pada hari ini menekankan kata roti yang berarti ketenangan (Kel 16:13-26); Allah mencukupi makanan para pengikut-Nya (Luk 12:22-31); Berilah kami rezeki pada hari ini menunjukkan bahwa kita berdoa untuk orang lain juga. Kita tidak hanya berpikir untuk diri kita sendiri tetapi mengajak kita untuk tidak bersikap egois dan berpikir untuk keselamatan orang lain juga. Kita menerima orang lain sebagai satu keluarga. Dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami menekankan pengampunan Allah bagi manusia (Mat 18:21-35) yang sejajar dengan pengampunan terhadap sesama manusia (Ef 4:32). Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan menekankan bahwa Allah tidak memasukkan atau membawa kita dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat menekankan unsur dari yang jahat dilihat dari dua hal: dunia (1 Yoh 2:15-17) dan dosa ( Rom 7: 14-25).
Embolismus
Bagian utama yang ketiga dari ritus Bapa Kami adalah embolismus atau embolisme yang secara harafiah dapat diterjemahkan dengan “penyisipan” yaitu permohonan atau permintaan akhir setelah Doa Bapa Kami. Hanya ada satu embolisme dalam TPE 2020 untuk menggantikan tiga variasi teks dalam TPE 2005. Embolisme tersebut didoakan sendiri oleh Imam selebran utama. Pada bagian awal embolisme, permohonan agar seluruh umat dibebaskan dari segala yang jahat adalah lanjutan dari bagian akhir isi doa Bapa Kami: “tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat”.
Embolisme dalam ritus Bapa Kami ini terdiri dari tiga unsur. Unsur pertama adalah unsur negatif yakni doa perlindungan dari segala yang jahat, dari dosa-dosa, dan dari setiap hal yang mengganggu. Unsur yang kedua adalah unsur positif yakni damai, belaskasih ilahi, rahmat dan kerahiman sebagai sumber dari kenyamanan dan ketenangan. Unsur yang ketiga adalah unsur eskatologis yakni penantian akan harapan kristiani yaitu kemenangan akan Kerajaan Allah melalui kedatangan Yesus Kristus yang mulia. Setelah Imam mendoakan embolisme, umat menutupnya dengan doksologi: “Sebab Engkaulah Raja yang Mulia dan Berkuasa untuk selama-lamanya”. Rumusan doksologi ini dapat ditemukan dalam Mat 6:13 sebagai ungkapan pengakuan iman dari umat beriman akan kekuasaan dan kemuliaan yang dimiliki oleh Tuhan sendiri.
Demikianlah ketiga bagian utama ritus Bapa Kami dalam Misa berdasarkan TPE 2020 dijelaskan secara ringkas. Semoga melalui pemahaman ini, doa Bapa Kami yang kita doakan dalam liturgi secara khusus dalam Misa menyadarkan kita akan doa yang sempurna sebagaimana diajarkan oleh Kristus dan menjadikan kita umat beriman yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hdiup kita masing-masing.
RP. Riston Situmorang OSC
Dosen Liturgi Fakultas Filsafat UNPAR