Tiga Makna Masa Adven dalam Tahun Liturgi

Perayaan tahun liturgis memiliki kekuatan dan daya sakramental yang khas karena Kristus sendiri dalam misteri-misteri-Nya melanjutkan misi belas kasih-Nya yang tanpa batas. Karena itu, umat beriman tidak hanya mengenangkan dan merenungkan misteri penebusan tetapi juga memegangnya, masuk ke dalam persekutuan dengan-Nya, dan hidup oleh-Nya (bdk. Caeremoniale Episcoporum atau CE 231). Karya penyelamatan Kristus diperingati oleh Gereja dalam perayaan-perayaan suci pada hari-hari tertentu sepanjang tahun. Umat beriman merayakannya sekali sepekan yaitu pada hari Minggu. Gereja mengenang kebangkitan Tuhan, yang dirayakannya setahun sekali bersama dengan sengsara-Nya yang menyelamatkan, yaitu dalam perayaan Paskah, sebagai pesta yang paling agung. Di samping perayaan tahunan misteri Paskah, Gereja juga mengadakan peringatan yang amat kudus atas kelahiran Kristus yang didahului dengan masa Adven (bdk. Normae Universales de Anno Liturgico et de Calendario atau NUALC 1 dan 32, lihat juga CE 234).

Istilah Adven berasal dari bahasa Latin adventus-us yang berarti kedatangan. Kata kerja dari kata tersebut adalah advenire yang berarti datang, tiba, atau suatu kenyataan bahwa telah sampai dan hadir. Secara etimologis, adventus berarti kedatangan Tuhan melalui kelahiran-Nya sebagai wujud Allah yang menjelma menjadi manusia yang dirayakan pada hari raya Natal. Perwujudan misteri inkarnasi ini menyempurnakan karya keselamatan Allah yang dimulai dengan masa Adven. Oleh karena itu, masa Adven sebenarnya lebih menekankan tempus preparatio adventus Domini atau waktu persiapan kedatangan Tuhan dan tempus ante adventum Domini atau waktu sebelum kedatangan Tuhan. Maka pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tiga makna masa Adven dalam tahun liturgi yakni sebagai tempus exspectationis (masa penantian), tempus spei (masa pengharapan), dan tempus paenetentiae (masa pertobatan).


Tempus Exspectationis 

Makna masa Adven yang pertama adalah tempus exspectationis atau masa penantian. Kelahiran seorang bayi akan selalu menjadi peristiwa sukacita bagi setiap keluarga. Penantian dan persiapan atas kelahiran baru, dirayakan dengan gembira. Demikian juga kelahiran Yesus. Nubuat nabi kepada raja Daud dan terutama kabar sukacita kepada Bunda Maria melukiskan bahwa peristiwa agung sekaligus misteri yang berabad-abad lamanya tersembunyi, akan dinyatakan. Jawaban Maria atas kabar baik yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel menunjukkan ketaatannya pada Allah. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu”. Ketaatan Maria tersebut menjadi alasan kuat yang memungkinkan penantian akan kelahiran Kristus dapat terjadi. Dengan demikian, kesediaan dan ketaatan Maria sangat berperan atas peristiwa Allah yang menjelma menjadi manusia. Masa penantian akhirnya terwujud dalam peristiwa kelahiran Kristus.

Berdasarkan NUACL 39, ada dua tujuan Masa Adven: yang pertama, masa Adven bertujuan untuk menyiapkan hari raya Natal, yaitu merayakan kedatangan Putera Allah yang pertama di antara umat manusia; yang kedua, masa Adven bertujuan untuk mengarahkan hati umat beriman supaya menantikan dengan penuh harapan kedatangan Tuhan yang kedua pada akhir zaman. Berdasarkan kedua tujuan tersebut, masa Adven merupakan masa menanti dengan penuh khidmat dan sukacita.


Tempus Spei 

Makna masa Adven yang kedua adalah tempus spei atau masa pengharapan. Pada masa ini, umat beriman berharap dengan penuh sukacita bahwa keselamatan sudah digenapi oleh Kristus (bdk. Rm 8:24-25). Kita menantikan seorang Penyelamat, Tuhan Yesus Kristus, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Kita memohon kepada Tuhan agar kita mengambil bagian dalam misteri inkarnasi ini sehingga kita dapat mengimani yang kita harapkan dan menyambut yang kita nantikan.

Liturgi masa Adven lebih menekankan harapan yang gembira daripada tema pertobatan dan masa puasa. Maka, unsur yang memperlihatkan kemeriahan dengan sengaja “disimpan”, supaya saat kedatangan Tuhan nanti lebih memancarkan sukacita yang cemerlang. Umat beriman mempersiapkan masa Adven sebagai persiapan kedatangan Sang Mesias yang akan datang. Umat memiliki kesadaran yang mendalam tentang masa pengharapan panjang yang mendahului lahirnya Juruselamat. Kaum beriman tahu bahwa Allah menopang pengharapan Israel akan kedatangan Mesias lewat para nabi.


Tempus Poenitentiae

Makna masa Adven yang ketiga adalah tempus poenitentiae atau masa pertobatan. Meskipun bukan tema utama dalam Adven, unsur pertobatan tak jarang dimunculkan dalam bacaan Liturgi dan bahkan ungkapan para nabi, khususnya perkataan Yohanes Pembaptis: “Bertobatlah karena kerajaan surga sudah dekat” (Mat 3:2) menjadi acuan utama yang menegaskan pentingnya pertobatan dalam masa Adven. Pada masa ini, kita diajak untuk siap sedia sebab keselamatan kita sudah dekat. Marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata perang untuk menyambut kelahiran Putera-Nya. Marilah kita naik ke gunung Tuhan, marilah kita berjalan dalam terang Tuhan. Marilah kita berjaga-jaga dengan menaklukkan kelesuan dan rasa malas, bangkit dari tidur, membuka mata dengan baik dan sadar atas peristiwa hidup yang terjadi. Marilah kita mempersiapkan hati kita agar kita senantiasa berusaha berbuat baik, menyiapkan diri pada kedatangan Tuhan. Kita memohon kepada Tuhan agar kita tetap berjaga selama menantikan kedatangan Kristus Putra-Nya, sehingga bila Ia datang dan mengetuk Ia akan menemukan kita sedang berjaga dalam doa, dan bergembira dalam puji-pujian-Nya.


Demikianlah tiga makna masa Adven dijelaskan secara singkat. Semoga ketiga makna tersebut dapat kita pahami dan alami sebagai persiapan untuk menyambut kelahiran Kristus sebagai wujud inkarnasi Allah yang menjadi manusia. Kita tahu bahwa Masa Adven dimulai dengan ibadat sore menjelang hari Minggu yang jatuh pada tanggal 30 Nopember atau yang terdekat dengan tanggal itu, dan berakhir sebelum ibadat sore menjelang Hari Raya Natal. Hari-hari Minggu yang jatuh dalam Masa Adven disebut hari Minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat dalam Masa Adven. Hari-hari biasa dari tanggal 17 sampai dengan 24 Desember diarahkan lebih langsung kepada persiapan hari raya Natal.

Aneka ungkapan kesalehan umat yang terkait dengan Adven telah muncul selama berabad-abad. Kesalehan umat seperti ini telah menopang iman umat, dan dari generasi ke generasi, telah melestarikan banyak segi berharga selama masa Adven. Kesalehan umat memiliki pemahaman yang mendalam bahwa tidak mungkin merayakan kelahiran dari Dia “yang menyelamatkan manusia dari dosa” tanpa usaha mengalahkan dosa dalam diri sendiri, sementara berjaga menantikan Dia yang akan kembali pada akhir zaman. Bentuk-bentuk kesalehan umat seperti lingkaran adven, prosesi adven, perayaan perubahan musim atau celah winter, novena Maria dikandung tanpa Noda, novena Natal, dan lain-lain patut dipertahankan sebagai kekayaan iman umat beriman yang menjadi ciri khas masa Adven. Akan tetapi, sebagai bagian dari bentuk kesalehan umat yang bersifat devosional maka sedapat mungkin ulah kesalehan umat tersebut tidak dicampuradukkan dengan perayaan liturgis (bdk. Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi atau DKUL 13, 96-105).


RP. Riston Situmorang OSC

Dosen Liturgi Fakultas Filsafat UNPAR