TIGA PERBEDAAN TEKS LITURGIS DALAM LECTIONARIUM DENGAN TEKS BIBLIS DALAM KITAB SUCI

Sejak mewabahnya virus covid-19 hampir ke seluruh dunia sampai sekarang, umat beriman sudah terbiasa dengan mengikuti Misa secara online atau live streaming. Pada saat ritus Bacaan I, II dan Bacaan Injil berlangsung, biasanya ditampilkan perikop Kitab Suci sebagai sumber bacaan tersebut. Akan tetapi, tidak jarang umat mulai membandingkan perikop Kitab Suci yang tampak pada layar justru berbeda dengan teks yang dibacakan oleh lektor (Bacaan I dan II) dan oleh selebran utama (Bacaan Injil). Beberapa umat mulai bertanya-tanya mengapa teks-teks tersebut bisa berbeda? Apa saja perbedaannya? Maka pada kesempatan kali ini, dapat ditegaskan bahwa teks liturgis dalam lectionarium berbeda dari teks biblis dalam Kitab Suci. Teks liturgis adalah teks yang dibacakan oleh lektor (Bacaan I dan II) yang diambil dari lectionarium atau buku bacaan Misa dan dibacakan oleh selebran utama (Bacaan Injil) yang diambil dari Evangeliarium atau Kitab Injil sedangkan teks biblis adalah teks yang diambil langsung dari Kitab Suci resmi yang kita pakai.

Kita tahu bahwa dalam hidup beriman sebagai Katolik, Gereja mempunyai tiga sumber iman. Selain Kitab Suci, Gereja juga diwarisi oleh Tradisi dan Magisterium. Ketiga sumber iman tersebut terekspresikan melalui formula dan tindakan ritual dalam liturgi termasuk dalam Liturgi Sabda. Itu sebabnya, teks liturgis yang dirayakan dalam Misa tidak sama dengan teks biblis dalam Kitab Suci. Teks liturgis (Bacaan I, II, dan Injil) memang bersumber dari Kitab Suci tetapi juga berasal dari sumber-sumber lain seperti teks patristik, buku-buku liturgis, teks konsili, teks-teks teologis, ekklesiologis, kristologis-pneumatologis, dan lain-lain. Dengan demikian, kita tidak bisa menyamakan teks liturgis dalam lectionarium dengan teks biblis dalam Kitab Suci karena ada perbedaan mendasar dalam teks-teks tersebut yakni perbedaan di awal dengan istilah incipit, perbedaan di akhir dengan istilah explicit, dan pemotongan atau penambahan perikop dengan istilah sectio aut additio pericopes.

Incipit

Incipit adalah perubahan yang terjadi pada bagian awal perikop Kitab Suci dengan “memotong” beberapa kata dan atau menambahkan dengan kata-kata baru yang lain dalam lectionarium. Perubahan ini tentu saja sudah dipertimbangkan oleh para ahli liturgi yang didasarkan pada tema tahun liturgi dan misteri Misa yang kita rayakan. Contoh incipit yang paling sering dilakukan adalah dengan menambahkan kata-kata In illo tempore atau “Pada suatu ketika”. Sebagai contoh, kita dapat melihat Injil Mrk 9: 2-13. Pada ayat 2 dalam Kitab Suci dimulai dengan kata-kata: “Setelah 6 hari”, dan diganti menjadi “Pada suatu ketika” dalam lectionarium. Bagi para ahli Kitab Suci, ungkapan “Setelah enam hari” itu sangat penting karena menciptakan paralelisme dengan Kitab Keluaran yang dilukiskan dalam peristiwa Musa naik ke gunung Sinai. Bagi para ahli Kitab Suci, ada paralelisme antara Musa dan Yesus yaitu peristiwa teofania di gunung Sinai dan peristiwa transfigurasi di sebuah gunung yang tinggi. Namun, jika kata-kata “enam hari” dihapus dan diganti dengan “Pada suatu ketika”, maka tidak ada lagi paralelisme di antara kedua peristiwa itu.

Pengubahan incipit dalam lectionarium bertujuan untuk menghilangkan relasi dua episode Musa dan Yesus yang malahan sangat ditekankan dalam bidang eksegese Kitab Suci. Sebaliknya dalam liturgi, pengubahan incipit sengaja dilakukan karena Injil Mrk 9:2-13 dibacakan pada Misa Minggu kedua Prapaskah tahun B. Tema pada Misa tersebut bukan lagi tentang dimensi ilahi Yesus melainkan tentang peristiwa transfigurasi Yesus kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Jadi ada perubahan tema antara teks biblis dalam Kitab Suci dengan teks liturgis dalam lectionarium yakni dari paralelisme Musa dan Yesus, berubah menjadi peristiwa transfigurasi Yesus kepada para murid. Contoh lain incipit dalam lectionarium adalah dengan menambahkan kata fratres atau saudara-saudara pada bacaan II seperti dalam Rom 8:31b-34 dalam Misa Minggu kedua Prapaskah tahun B. Kita tidak menemukan kata-kata “saudara-saudara” di bagian awal pada teks Rom 8:31b-34 dalam Kitab Suci, tetapi justru ditambahkan dalam teks liturgis untuk menunjukkan adanya perubahan pendengar dari jemaat di Roma menjadi umat beriman yang mengikuti Misa.

Eksplicit

Explicit adalah perubahan yang terjadi pada bagian akhir perikop Kitab Suci dengan “memotong” beberapa kata dan atau menambahkan dengan kata-kata baru yang lain dalam lectionarium. Sebanyak 60 persen pengubahan teks yang dilakukan dalam teks liturgis, menurut ahli Kitab Suci kurang tepat karena “mengacaukan” profil esegetik dalam analisis literer. Akan tetapi, pengubahan tersebut termasuk pemilihan bacaan-bacaan sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa untuk mengarahkan pada tema-tema liturgis sepanjang tahun liturgi yang mungkin sering tidak sejalan dengan tema-tema Kitab Suci (lihat Renato De Zan, I molteplici tesori dell’unica parola, introduzione al lezionario e alla lettura liturgica della bibbia, 104-135). Sebagai contoh, kita dapat mendalami bacaan Injil Mrk 9: 38-48 yakni Minggu Biasa pekan XXVI tahun B dalam lectionarium. Kalau melihat bagan bacaan tersebut dalam Kitab Suci maka terdapat dua perikop yang berbeda yakni ayat 38-41 tentang seorang yang bukan murid Yesus mengusir setan dan ayat 42-50 tentang siapa yang menyesatkan orang – tentang garam. Akan tetapi Injil Mrk 9: 38-48 justru mau menghilangkan tema tentang garam dan menekankan tema orang asing dan penyesatan. Itu sebabnya ayat 49-50 dalam teks Kitab Suci dihilangkan dalam teks liturgis.

Sectio aut additio pericopes 

Sectio aut additio pericopes adalah “pemotongan” atau penambahan beberapa ayat dalam suatu perikop Kitab Suci ke dalam bacaan Misa sehingga mengubah tema bacaan Kitab Suci menjadi liturgis. Pemotongan beberapa ayat tersebut dilakukan untuk menghindari tema-tema yang mungkin muncul dari beberapa ayat yang dihilangkan itu. Sebagai contoh, kita melihat bacaan pertama pada hari Raya Hati Kudus Yesus tahun B yakni Hosea 11:1b. 3-4, 8c-9. Teks biblis dalam Kitab suci seharusnya Hosea 11: 1-11. Pemotongan ayat 1a, 2, 5-7, dan ayat 8ab tentu saja bukannya tidak disengaja. Pemotongan beberapa ayat tersebut untuk menghindari tema-tema yang mungkin muncul dari beberapa ayat yang dihilangkan itu seperti pemujaan Baal, Tuhan yang marah seperti singa, pertobatan, amarah dan pedang, dan lain-lain. Sebaliknya tema yang ingin diangkat adalah Kasih Allah kepada bangsa Israel seperti kasih seorang Bapa kepada anaknya. Kasih itu lahir dari hati dan bukan karena kemarahan.

Demikianlah tiga perbedaan teks liturgis dalam lectionarium dengan teks biblis dalam Kitab Suci dijelaskan dengan sangat ringkas. Tiga perbedaan tersebut adalah incipit, explicit, dan sectio aut additio pericopes. Dengan melihat perbedaan teks-teks tersebut maka kita dapat menegaskan bahwa teks liturgis berbeda dari teks Kitab Suci dengan acuan dasar Ordo lectionum missae yang telah mengatur tema bacaan dalam setiap perayaan selama tahun liturgi berlangsung. Mari untuk tidak terlalu pusing dengan perbedaan teks-teks yang ada di layar dengan teks yang dibacakan oleh lektor. Lebih baik menjadi pendengar yang baik: mendengarkan dengan sungguh-sungguh sabda Allah yang berbicara kepada kita meskipun mengikuti Misa dari rumah.

RP. Riston Situmorang OSC

Dosen Liturgi Fakultas Filsafat UNPAR